iklanet

AGEN PENDAFTARAN KULIAH S1 DAN S2 MUDAH DAN MURAH SERTA JASA PEMBUATAN SKRIPSI TESIS DAN LAPORAN PKL SISWA HUB SIMBAH WURI http://raraswurimiswandaru.blogspot.com

TBM MEDIA CERDIK PURWOJATI CERDASKAN MASYARAKAT

Sebagai Media Baca Bertujuan Mencerdaskan Bangsa yang bermartabat.

TBM MEDIA CERDIK Bentuk Kepedulian Pemuda Pakarti dan PP Shidiqiin Wara`

Sudah menjadi misi Pemuda Pakarti dan PP Shidiqiin Wara` Selalu Cerdaskan Masyarakat.

ANDA INGIN BANTU-SILAHKAN SUMBANG BUKU KE KAMI

Kami masih banyak butuh buku baru dan bekas: fiksi atau non fiksi, majalah, jurnal, kaset dan lainnya.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 02 September 2015

Arif Jumadi Ketua Baru TBM Media Cerdik

TBM Media Cerdik. Arif Jumadi Ketua Baru TBM Media Cerdik

Arif Jumadi sejak 1 Agustus 2015 mendudukai Jabatan Ketua TBM Media Cerdik menggantikan Suprianto yang telah menjabata sejak tahun 2008. Posisi jabatan TBM Media Cerdik diharakan legih bermanfaat bagi masyarakat.

Masyarakat sekitar TBM sangat terbantu sekali dengan adanya TBM Media Cerdik, sehingga menambah wawasan dan kecerdasan masyarakat. Dari anak-anak sampai dewasa menggunakan jasa pelayanan TBM Media Cerdik. TBM Media Cerdik banyak memberikan kontrisbusi terhadap wilayah Purwojati.

TBM dikelola dibawah manajemen Pemuda Pakarti atas bimbingan dari Raras Wuri Miswandaru, SPdI, MPdI. dan restu dan nasihat alm. Kyai Muhammad Syechan S. sebagai pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Shidiqiin Wara`. TBM akan lebih bermanfaat kalau masyarakat sekitar dan masyarakat umum mau peduli membantu kelangsungan TBM tersebut.

Pengurus baru berharap kepada masyarakat luas untuk mau peduli memanfaatkan dan membantu operasional TBM Media Cerdik, sehingga akan lebih maju dan bermanfaat.

Minggu, 10 Mei 2015

Papan Info Media Cerdik Belum Disetujui Kades

TBM Media Cerdik Papan Info Media Cerdik Belum Disetujui Kades

Pembuatan Papan info Media Cerdik yang sudah dibuat sejak setahun yang lalu dan sudah jadi sejak 3 bulan yang lalu, dan sudah mengajukan beberapa kali ijin namun belum memperoleh ijin pemasangannya dari Kepala Desa.

Pengajuan ijin sudah sangat lengka perijinannya baik dari lingkungan , BPD dan lainny sudah didapat namun untuk tahap pemasangan papan informasi tersebut ternyata mendapat halangan, yaitu kesulitan mendaptkan ijin dari Kepala Desa.

Entah apa yang menjadi penyebabnya, yang mengetahui adalah pengurus papan Informasi bersama. Kenapa alasannya juga tidak disampaikan kepada kami. Sebagai pengetahuan papan info dibuat dengan dana tidak sedikit yaitu sekitar 3 juta rupiah. Dana tersebut adalah dana pribadi dari TBM. Sehingga sudah seharusnya Pemerintah Desa mempermudah ijin tersebut, demi pendidikan dan tersebarnya berbagai informasi Pemerintah dan masyarakat.

Jumat, 01 Mei 2015

Cara Membuat Majalah Dinding yang Menarik

Bagaimana cara membuat majalah dinding atau mading? Majalah dinding bisa diartikan sebagai majalah yang didesain sedemikian rupa dan diletakkan di dinding. Majalah ini biasanya ada di sekolah-sekolah untuk diisi artikel, berita, atau informasi menarik lainnya. Mading ini sangat bermanfaat untuk melatih daya kreativitas siswa.
Membuat majalah dinding tidak sesulit yang dibayangkan. Memang, dalam membuat majalah dinding ini tidak bisa dilakukan secara asal-asalan. Namun, ada beberapa cara mudah agar majalah dinding menjadi lebih menarik. Berikut ini beberapa tipsnya.
  • Pikirkan ah tema majalah dinding yang sekiranya menarik minat para pembaca, misalnya saja tema horor, cinta, lucu, dan sebagainya.
  • Jika tema sudah ditentukan, cari berbagai aksesoris yang sesuai dengan tema dan menarik. Untuk pembuatan aksesoris ini, sebaiknya dikerjakan di akhir pembuatan madding agar tidak menyita waktu.
  • Rancang sketsa mading tentang apa saja yang diperlukan. Misalnya saja bahan yang akan digunakan.
  • Mulailah dengan membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk mading seperti pensil warna, kertas manila, lem, kertas tulis, cat air, dan sebagainya.
  • Buatlah pola semenarik mungkin pada kertas manila.
  • Gunalah cat air untuk menuliskan judul mading agar terlihat menarik dan kreatif.
  • Mualilah membuat isi mading jika dasar mading sudah selesai dihias. Usahakan agar isi mading tidak tampak membosankan. Anda bisa menggunakan pensil dan kertas berwarna.
  • Jika isi udah terbentuk, tempelkan pada dasar mading dengan menggunakan lem. Dalam menempelkan isi mading ini, usahakan jangan monoton. Usahakan bervariasi dan tidak harus terlalu rapi agar terlihat out of the box.
  • Jika sudah selesai, pasanglah mading tersebut di tempat yang banyak dilalui oleh orang atau orang lain bisa dengan mudah melihatnya.
Itulah cara membuat majalah dinding yang menarik dengan mudah. Cukup simple, bukan? Dalam membuat majalah dinding ini sangat dibutuhkan kreativitas Anda dalam menyusun dan mengolah ide menjadi sesuatu yang menarik. Semakin menarik sebuah mading, akan semakin banyak orang yang tertarik untuk melihatnya. Dengan demikian, tujuan mading untuk menginformasikan sesuatu bisa tercapai.

Minggu, 26 April 2015

Kyai Muhammad Syechan Gurungaji YGNI yang Istiqomah Dakwah

Guru Ngaji YGNI. Kyai Muhammad Syechan Gurungaji YGNI yang Istiqomah Dakwah

Kyai Muhammad Syechan lahir didaerah basis merah artinya masyarakatnya jauh sekali dalam pelaksanaan syariat Islamnya. Sehingga awal-awal dia berdakwah sangatlah berat karena banyak tantangan yang menghadang beliau. Bahkan oleh pemerintah sendiri dicurigai sebagai penggerak PKI sampai diinterograsi sampai satu hari.

Tantangan demi tantanga dapat dilalui dengan baik oleh Kyai Muhammad Syechan sehingga mulai banyak masyarakat yang mengikuti beliau untuk melaksanakan sholat dan mengurangi kesenangan berjudi dan lainnya. Istiqomah beliau dalam dakwah untuk pembangunan dan pendidikan masyarakat perlu dicontoh banyak orang sehingga masyarakat akan merasakan susahnya berdakwah ditengah-tengah masyarakat.

Dalam akhir hayatnya nbeliau sebagai pembina Yayasan Guru Ngaji Indonesia Cabang Banyumas, sehingga beliau juga termasuk Guru ngaji YGNI yang sudah selama ini juga berdakwah membangun masyarakat. Istiqomah dalam dakwah perlu ditiru oleh para mubaligh / ustadz sehingga akan tahan mental dalam menghadapi masyarakat yang hedonis.

Disamping beliau sebagai Guru ngaji YGNI, dia juga sebagai pembina Pemuda Pakarti, dan pendiri Koperasi Makmur Purwojati dia juga membantu tiap bulannya juga menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu pendidikan Diniyah Athfal (DA) Diniyah Ula (DU) Shidiqiin Wara` dan Taman Bacaan Masyarakat Media Cerdik. Sungguh sangat besar jasa beliau buat kami. Selamat jalan Kyai Muhammad Syechan semoga amal-amal beliau diterima oleh Allah SWT dan mendapat ampunan beserta keluarganya serta semoga kami bisa meniru dalam istiqomah berdakwah.

Jumat, 24 April 2015

Kyai Muhammad Syechan Pendiri PP Shidiqiin Wara` dan Pembina Pemuda Pakarti

Ponpes Shidiqiin Wara` Purwojati. Kyai Muhammad Syechan Pendiri PP Shidiqiin Wara` dan Pembina Pemuda Pakarti

Mengenang Almarkhum Kyai Muhammad Syechan ketika sedang mengajarkan ilmu hakikat merupakan pengalaman yang tak dapat dilupakan. Pengajaran dengan sistem yang mudah diterima oleh santri, sehingga mudah dipahami. Kyai Muhammad Syechan sangat berperan dalam pendidikan di wilayah Purwojati.

Jasa beliau adalah berdirinya Pondok Pesantren Shidiqiin Wara` serta mau mengarahkan pemuda ke jalan masa depan.Beliau membina Pemuda Pakarti agar menjadi pemuda yang siap dalam menghadapi masa depan harus siap tahan banting, tahan menderita. Karena penderitaan saat muda adalah untuk cambuk memperoleh masa depan yang lebih baik.

Dakwah beliau diterapkan langsung kedalam kehidupan nyata sehingga santri dibekali untuk siap menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Sebagai santri Kyai Muhammad Syechan maka anggota dan pengurus Pemuda Pakarti dan underbownya seperti SIR5 Band, TBM Media Cerdik, Koperasi Pakarti Maju juga organisasi lainnya seperti FKGNI merupakan organisasi guru ngaji YGNI juga sangat menghormati pperjuangan beliau

Rabu, 15 April 2015

MAJALAH DINDING SEBAGAI MEDIA KREATIFITAS

MAJALAH DINDING SEBAGAI MEDIA KREATIFITAS

Drs. Cece Hidayat

Pengertian Majalah Dinding
Majalah dinding atau disingkat mading adalah salah satu media komunikasi massa tulis,yang penyajiannya biasanya dipajang pada media dinding atau sejenisnya.

Fungsi Majalah Dinding
Majalah dinding mempunyai fungsi sebagai:
1.    Sarana komunikasi dan penyampai informasi
2.    Media hiburan yang mudah,murah, dan sederhana
3.    Sarana untuk menjalin persaudaraan dan kekeluargaan
4.    Ajang atau wadah untuk pengembangan kreatifitas
5.    Alat berlatih jurnalistik secara sederhana

Manfaat Majalah Dinding
Majalah dinding sebagai media informasi dan komunikasi mempunyai banyak manfaat, diantaranya adalah :
1.    Untuk media komunikasi antar warga sekolah
2.    Untuk sarana kreatifitas siswa
3.    Untuk memupuk minat baca di kalangan siswa
4.    Untuk memanfaatkan waktu luang
5.    Untuk melatih kecerdasan berpikir secara intelektual
6.    Untuk melatih berorganisasi
7.    Untuk mengasah dan mempertajam kemampuan menulis

Faktor Pendukung Majalah Dinding
Untuk menghasilkan sebuah majalah dinding, diperlukan 3 faktor pendukung yaitu:
1.    Penulis
2.    Ilustrator
3.    Dokumentator

Bahasa Majalah Dinding
Bahasa yang digyunakan dalam majalah dinding sedapat mungkin harus diusahakan singkat, padat, jelas, dan komunikatif serta mempunyai daya tarik bagi pembaca.

Jenis-jenis Majalah Dinding
Berdasarkan ruang lingkup pengelola dan pembacanya, majalah dinding di sekolah dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1.    Majalah Dinding Umum; dibuat untuk seluruh warga sekolah, biasanya dikelola oleh organisasi ekstra kurikuler atau OSIS
2.    Majalah Dinding Khusus; dibuat oleh dan untuk kalangan tertentu, misalnya oleh kelas,Pramuka,ROHIS, PMR,Remaja Mesjid, Klub Membaca,Klub Menulis, Klub Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup, dan lain-lain.

Organisasi Pengelola Majalah Dinding
Untuk mengelola sebuah penerbitan majalah dinding, dibutuhkan sebuah tim kerja atau kelompok organisasi. Organisasi pengelola madjalah dinding yang sangat sederhana, paling tidak harus dibangun oleh tim yang terdiri dari:
1.    Pelindung/Penasihat
2.    Penanggung Jawab
3.    Pembina/Pembimbing
4.    Redaksi (Ketua,Sekretaris,Anggota)
5.    Staf Redaksi/Bagian:
  • Bagian Dokumentasi
  • Bagian Penulisan dan editing
  • Bagian Produksi dan tata letak/lay out
  • Bagian Reportase, dll.

Jika ruang lingkup majalah dinding itu khusus, maka organisasi  pengelolanya terdiri dari:
1.    Penanggung jawab (Kepala Sekolah/pimpinan tertinggi suatu organisasi)
2.    Pembina (Wali Kelas/atau ketua organisasi)
3.    Pengurus Majalah:
  1. Ketua
  2. Sekretaris
  3. Bendahara
  4. Seksi-seksi :
  • Pengumpul dan Penyeleksi Naskah
  • Pemasang dan Pencopotan Naskah
  • Penyimpan dan Penyalur Naskah

Materi Isi Majalah Dinding
Materi untuk majalah dinding sekolah atau kelas isinya dapat berupa:
1.    Pengetahuan Umum, misalnya tentang biografi tokoh terkenal, ensiklopedi,dll.
2.    Masalah-masalah di sekitar kehidupan remaja atau pelajar, misalnya masalah kenakalan remaja,masalah narkoba, masalah pacaran, masalah pergaulan bebas, dan lain-lain.
3.    Masalah-masalah yanga berhubungan dengan dunia pendidikan di sekolah berupa komentar, ulasan, usulan, kritik dan saran, karikatur dan lain-lain.
4.    Berita peristiwa, kegiatan atau permasalahn actual yang sedang terjadi di lingkungan sekolah, misalnya kergiatan ekskul, kegiatan PORSENI, kegiatan kesenian, perpisahan,dan lain-lain.
5.    Hiburan , misalnya cerpen, puisi, humor, anekdot, gambar lucu/kartun, komik,dll.

Rubrikasi Majalah Dinding
Sama halnya dengan majalah atau surat kabar, pada majalah dindingpun biasanya dimuat beberapa rubrik yang terdiri dari rubrik kategori informasi, kategori opini, dan kategori hiburan. Nama-nama rubrik disesuaikan dengan isinya, dapat diberi label sesuai selera dan keinginan redaksi.

Rubrik Informasi, berisi:
1.    Pengantar Redaksi
2.    Berita
3.    Laporan/reportase/liputan
4.    Resensi (buku,kaset, film, CD/VCD,games..dll)
5.    Feature/tulisan khas
6.    Kronik kegiatan
7.    Profil Tokoh
8.    Ensiklopedi/sebaiknya Anda Tahu…dll.

Rubrik Opini, berisi:
1.    Tajuk Rencana
2.    Pojok
3.    Karikatur
4.    Artikel
5.    Surat Pembaca
6.    Silang Pendapat/Pro dan Kontra
7.    Esey/kolom…dll.

Rubrik Hiburan, berisi:
1.    Cerita Pendek
2.    Puisi
3.    Humor
4.    Musik
5.    Anekdot
6.    Kartun/karikatur
7.    Vignet/kaligrafi/grafiti/gambar
8.    Kata mutiara…..dan lain-lain

Penerbitan Majalah Dinding
Ada beberapa tahap kegiatan yang harus dilakukan sebelum majalah dinding terbit menjadi sebuah bacaan informative. Tahap-tahapnya hampir sama dengan proses pada pembuatan majalah yang dicetak, yaitu tahap perencanaan, tahap pengumpulan bahan, tahap penyiapan bahan, tahap produksi, dan tahap publikasi.

Kegiatan masing-masing tahapan bisa dirinci sebagai berikut:
1.    Perencanaan ; isi,tata letak/lay out, desain grafis/tata warna, waktu terbit, personil pelaksana dan tugasnya, biaya, dan penyediaan alat/bahan.
2.    Pengumpulan Bahan, berupa tulisan, gambar, liputan, wawancara, dari buku,dll.
3.    Penyiapan Bahan, berupa kegiatan membaca naskah yang masuk dari penulis, mengedit naskah, pengetikan atau penulisan ulang hasil edit, memberi ilustrasi pada naskah,.
4.    Produksi; menata letak kertas dan tulisan, mengatur tata warna, mendisain huruf dan gambar, menulis naskah untuk diterbitkan, menempelkan tulisan dan gambar pada bidang media, pemasangan pada media baca/dinding.

Alat dan Bahan Yang Dibutuhkan
Sebelum memproduksi karya-karya tulis dan gambar yang akan dipajang pada majalah dinding, tentunya diperlukan alat-alat dan bahan-bahan untuk media tulis, media tempel, dan media pandang. Bahan-bahan yang dibutuhkan diantaranya:
1.    Macam-macam alat tulis dan gambar, misalnya pinsil warna, pinsil hitam, ballpoint dan spidol aneka warna, crayon, pastel, cat air, pylox, dll.
2.    Kertas aneka warna dan ukuran, misalnya kertas lipat, kertas spotlight, kertas memo, kertas daur ulang, kertas craft, kertas HVS, kertas kopi, kertas gambar dan lain-lain.
3.    Karton manila , duplex, atau kardus
4.    Gunting aneka ukuran dan variasi
5.    Alat pemotong, misalnya pisau kater
6.    Mistar penggaris dari plastik dan logam
7.    Lem kertas atau lem putih
8.    Paku payung atau stapler
9.    Aneka variasi dari bahan daur ulang
10. Dan lain-lain sesuai kebutuhan dan kreatifitas.
(Makalah disampaikan pada Pelatihan Jurnalistik di SMP Negeri 13 Bandung,2001 dan 2010)
** Penulis, guru SMP Negeri 13 Bandung dan Pembimbing Ekskul Jurnalistik 13
sumberhttps://firalinda.wordpress.com/2012/04/19/majalah-dinding-sebagai-media-kreatifitas-oleh-drs-cece-hidayat/

Jumat, 03 April 2015

Pengolahan Bahan Pustaka 4

Pengolahan Bahan Pustaka

Pengertian Pengolahan Bahan Pustaka
Dibidang tugas-tugas yang dilaksanakan diperpustakaan terdapat suatu kegiatan yang dikenal dengan istilah processing, dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan secara umum menjadi pemrosesan atau pengolahan Menurut P. Sumardji dalam bukunya yang berjudul Mengelola Perpustakaan mengartikan bahwa:
” Yang dimaksud dengan kegiatan pemrosesan atau pengolahan ini ialah kegiatan mengolah pelbagai macam bahan koleksi yang diterima perpustakaan berupa buku, surat kabar, majalah, buletin, laporan, skripsi/thesis, penerbitan pemerintah, atlas, manuskrip dan lain sebagainya, agar menjadi dalam keadaan siap untuk :
· Diatur pada tempat-tempat tertentu;
· Disusun secara sistematis sesuai dengan sistim yang berlaku;
· Dipergunakan oleh siapa saja yang memerlukan (para pengunjung perpustakaan)”(P. Sumardji, 1993:13).


Pengertian pengolahan lain diungkapkan oleh Sutarno NS
”Penolahan atau ”procesing” adalah pekerjaan yang diawali sejak koleksi diterima diperpustakaan sampai dengan penempatan di rak atau ditempat tertentu yang telah disediakan. Untuk kemudian siap dipakai oleh pemakai. Pekerjaan pengolahan koleksi yang berbentuk tercetak (print matter) dan yang terekam (recorded matter)dibedakan dan dipisahkan, meskipun ada pekerjaan yang memiliki kesamaan”(Sutarno, 2006:179).


Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengolahan bahan pustaka adalah kegiatan mengelola berbagai macam bahan pustaka yang dimulai dari bahan pustaka diterima perpustakaan sampai dengan penempatan di tempat penyimpanan bahan pustaka agar bisa dipergunakan oleh siapapun yang membutuhkan.


Tujuan Pengolahan bahan pustaka
Tujuan pengolahan bahan pustaka adalah agar semua buku-buku dapat terorganisir dengan baik, sehingga dapat dikelompokan berdasarkan ciri serta isi yang terkandung dalam buku tersebut.
Fungsi Pengolahan bahan pustaka
Fungsi pengolahan bahan pustaka dimaksudkan untuk memudahkan penyimpanan dan temu kembali informasi baik pustakawan maupun pengguna jasa perpustakaan


Langkah-Langkah Pengolahan bahan Pusataka
Dalam tugas yang dilaksanakan diperpustakaan terdapat suatu kegiatan yang dikenal dengan pengolahan bahan pustaka, lankah-langkah dalam pengolahan bahan pustaka antara lain :




Inventarisasi
Setiap buku yang baru diterima oleh perpustakaan baik buku pembelian, hadiah maupun tukar menukar sebaiknya segera di daftarkan kedalam buku induk /inventarisasi kegiatan ini adalah inventarisasi bahan pustaka, Inventarisasi yaitu pekerjaan mendaftar setiap buku yang diterima perpustakaan agar data mengenai penerimaan ataupun pemilikan buku tercatat secara teratur (P. Sumardji, 1993:13).


Sebelum mencatat kedalam buku inventarisasi menurut P. Sumardji mengungkapkan bahwa buku inventarisasi harus ada/disediakan tiga macam yaitu
Buku inventaris pembelian
Buku inventaris pembelian untuk keperluan mencatat buku-buku yang berasal dari pembelian.
Buku inventarisasi hadiah
Buku inventarisasi hadiah untuk keperluan mencatat buku buku yang berasal dari hadiah, pemberian atau sumbangan.
Buku inventaris pertukaran
Buku inventarisasi hadiah untuk keperluan mencatat buku-buku yang berasal dari hasil tukar-menukar koleksi buku dengan perpustakaan lain.


Lebih lanjut P, sumardji mengungkapkan kolom-kolom yang harus ada pada buku inventarisasi yaitu:
· Kolom ke 1, Nomor Urut disingkat No.
· Kolom ke 2, Tanggal disingkat Tgl.
· Kolom ke 3, Asal Buku disingkat Asal
· Kolom ke 4, Pengarang
· Kolom ke 5, Judul
· Kolom ke 6, Jumlah Eksemplar disingkat eks.
· Kolom ke 7, Jumlah Judul disingkat jud.
· Kolom ke 8, Harga Satuan disingkat Satuan
· Kolom ke 9, Jumlah Harga disingkat Jumlah
· Kolom ke 10, Macam Buku disingkat Macam.
Kolom ini kemudian di bagi 3 yang masing-masing berukuran 1 cm untuk kemudian diisi dengan keterangan singkat :
U (untuk isian macam buku yang isinya umum);
R (untuk isian macam buku bentuk refrens, seperti kamus, ensiklopedia)
LL (untuk isian macam buku selain kedua macam tersebut di atas )
· Kolom ke 11, Bahasa buku disingkat Bahasa.
Kolom ini kemudian dibagi 3 yang masing-masing berukuran 1 cm untuk kemudian diisi dengan keterangan singkat :
· Ind. (Untuk isian buku yang berbahasa Indonesia);
· Ing. (Untuk isian buku yang berbahasa Inggris);
· LL. (Untuk isian buku yang berbahasa Asing lainnya).
· Kolom ke 12, Nomor Inventaris disingkat Inventaris
· Kolom ke 13, Nomor Penempatan disingkat Penempatan
· Kolom ke 14, Keterangan.
Kolom-kolom tersebut dipergunakan semua apabila untuk keperluan mencatat buku-buku yang berasal dari pembelian. Tetapi apabila dipergunakan untuk mencatat buku-buku yang berasal dari hadiah maupun dari hasil pertukaran, kolom 8 dan 9 ditiadakan (tak perlu dipergunakan).
Kegiatan lain dalam inventarisasi bukan hanya mencatat deskripsi buku kedalam buku inventarisasi namun kegiatan lain yaitu pemberian cap/stempel perpustakaan. Pemberian cap/stempel perpustakaan yaitu pekerjaan memberi tanda atau ciri dengan cap/stempel perpustakaan pada buku untuk menyatakan bahwa buku tersebut adalah milik perpustakaan (P. Sumardji, 1993:13).




Klasifikasi
Perpustakaan merupakan tempat menggali dan mencari informasi yang dibutuhkan, untuk berbagai kepentingan/kebutuhan pengguna jasa perpustakaan. Agar informasi yang ada di perpustakaan bisa disimpan dan ditemukan dengan mudah dan cepat. Untuk memudahkan menyimpan dan menemukannnya bahan pustaka harus diolah terlebih dahulu, salah satu kegiatan pengolahan bahan pustaka adalah klasifikasi, Klasifikasi adalah penggolangan atau pengelompokan buku berdasarkan subjek atau isi buku yang bersangkuatan (M. Yusup, 2007:40).
Sedangkan menurut Daryanto mengungkapkan Klasifikasi adalah menggolongkan bahan pustaka dengan sistem tertentu dan katalogisasi berperan sebagai kunci pembuka untuk menelusur bahan pustaka yang dimiliki sebuah perpustakaan secara efisien (Daryanto, 1985:86).
Tujuan klasifikasi dalam perpustakaan ialah untuk memudahkan mencari bahan pustaka, memudahkan menemukan bahan pustaka yang dicari dengan cepat dan tepat serta bagi pengelola atau pengguna perpustakaan memudahkan untuk menyimpan atau ditempatkan kembali ke tempat bahan pustaka.
Dari berbagai sistem klasifikasi DDC (Dewey Decimal Classification) adalah sistem klasifikasi yang paling terkenal dalam perpustakaan, adapun beberapa jenis sistem klasifikasi yang ada di dunia menurut Daryanto adalah:
DDC (Dewey Decimal Classification)
UDC (Universal Decimal Classification)
LCC(Library of Congres Classification)
Ranganathan (dipakai di India).


Katalog
Katalog merupakan alat di perpustakaan untuk memudahkan pengguna perpustakaan dalam mencari buku yang dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan, Sutarno NS mengartikan katalogisasi adalah kegiatan membuat deskripsi data bibliografi suatu bahan pustaka menurutstandar atau peraturan tertentu. Hasil mengkatalogisasi dapat berupa deskripsi (entry) yang dibuat dalam bentuk kartu katalog atau yang dimuat dalam pangkalan data komputer. Katalog merupakan wakil koleksi bahan pustaka.
Katalogisasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
a. Katalogisasi sederhana, adalah kegiatan katalogisasi yang hanya mencantumkan informasi data bibliografis, tingkat (level) I berdasarkan Anglo American Cataloging Rules(AACR) II yaitu : judul asli, pengarang, edisi, penerbit, tempat terbit dan nomor standar seperti Internasional Standard Book Number (ISBN).
b. Katalogisasi kompleks, adalah kegiatan katalogisasi yang mencantumkan informasi data bibliografis tingkat I ditambah antara lain judul paralel, judul-judul seri, judul terjemah, dan pengarang tambahan.
c. Katalog salinan adalah kegiatan menyalin data bibliografi bahan pustaka dari sumber bibliografi lain dengan atau tanpa menambah informasi yang diperlukan.
Kartu-kartu katalog yang dibuat dapat terdiri atas :
a. Katalog pengarang
b. Katalog judul
c. Katalod subjek
d. Katalog klasifikasi
Katalog kartu yang standar menggunakan karton halus, kat dan tipis berukuran 12.5 x 75cm, berlubang yang terletak di bagian sisi bagian bawah, dan di tengah-tengah antara sisi kiri dan kanan kartu.
Untuk lebih mempermudahkan penggunna dalm mencari buku sudah semestinya disusun dan ditata dengan baik, tata cara kerja penyusunan kartu katalog menurut P. Sumardji adalah:
1. Cara menyusun kartu katalog ada 2 macam, yaitu :
a. Bagi kelompok kartu katalog pengarang, kartu katalog judul dan kartu katalog subyek, masing-masing disusun menurut urutan secara alfabetis daripada huruf-huruf nama pengarang, judul dan subyek.
b. Bagi kelompok kartu katalog shelflist, disusun menurut urutan nomor penempatan(call number) yang tercantum pada sudut kiri atas, seperti halnya menyusun buku pada rak buku menurut nomor penempatan (call number) yang tercantum pada label yang ditempelkan pada punggung buku.
2. Cara menyusun kartu katalog menurut urutan secara alfabetis antara lain dengan :
a. Urutan huruf demi huruf sampai akhir kata (kata demi kata), misalnya:
- Muhammad Ali
- Muhammad Saleh
- Muhammadiyah.
b. Urutan huruf demi huruf sampai kepada yang terakhir, misalnya:
- Muhammad Ali
- Muhammadiyah
- Muhammad Saleh
3. Sama halnya dengan cara menyusun buku pada rak buku maka caranya menyusu kartu katalog shelflist – seperti sisebutkan si atas – ialah dengan menyusun menurut urutan nomor penempatan (call number) yang tercantum pada sudut kiri atas, dengan cara :
- Nomor klas diurutkan dari yang terkecil sampai dengan yang terbesar;
- Huruf-huruf kependekan nama utama pengarang diurutkan secara alfabetis mulai dari huruf ke-1, huruf ke-2, dan huruf ke-3, dilanjutkan dengan 1 huruf pertama dari judul;
- Demikian seterusnya.
4. Untuk memperjelas susunan kartu-kartu katalog, perlu diletakkan kartu-kartu petunjuk(guide card) di antara :
- sela-sela kelompok kartu katalog yang disusun menurut urutan secara alfabetis, dan
- sela-sela kelompok kartu katalog yang disusun menurut urutan nomor penempatan(call number).
Setiap kartu petunjuk (guide card) harus dapat dengan jelas menunjukkan kelompok kartu-kartu yang disusun di belakangnya.


2.4.4 Perlengkapan Buku
Untuk memudahkan penyimpanan dan memudahkan buku yang dipinjam dan yang ada di perpustakaan dalam kegiatan pengolahan sudah semestinya harus ada perlengkapan buku Menurut P. sumardji perlengkapan yang harus disediakan yaitu:
Label nomor penempatan (call number), yaitu lembaran kertas persegi kecil ukuran tertentu untuk keperluan mencantumkan nomor penempatan (cal number) yang akan ditempelkan pada punggung buku. Kegunaannya ialah untuk memberi tanda bahwa buku yang bersangkutan nomor penempatan (call number) –nya adalah yang dicantumkan pada label tersebut. Dengan label nomor penempatan (call number) tersebut buku yang bersangkutan mempunyai tanda petunjuk di mana bisa ditempatkan dan disusun. Caranya mencantumkan nomor penempatan (call number) dapat dilakukan dengan :
Ditulis tangan
Ditulis pakai sablon
Diketik
Berikut adalah cara menentukan nomor penempatan (call number) buku menurut P. Sumardji
1. Nomor penempatan (call number) buku, berfungsi sebagai alat untuk menentukan tempat ataupun urutan letak buku dalam penyimpanan dan penyusunan pada rak.
2. Pada dasarnya nomor penempatan (call number) buku terdiri dari :
· Nomor klas (nomor golongan ilmu/subyek ) buku
· 3 huruf kependekan dari nama keluarga/utama pengarang
· 1 huruf pertama dari judul buku.
Sebagai contoh nomor penempatan (call number) buku yang berjudul “Office Management and Control; the Actions of Administrative Management”, karangan George R. Terry, adalah :







651
Ter
o








· 651 adalah nomor klas (nomor galangan ilmu/subyek)buku yang ditentukan berdasarkan petunjuk dalam buku pedoman klasifikasi DDC, bahwa golongan ilmu/subyek daripada buku tersebut secara umumnya termasuk dalam golongan ”ilmu Pengetahuan Praktis (Applied sience)” dengan kode nomor 600. Secara khususnya termasuk golongan ilmu/subyek mengenai masalah “Office” atau “Perkantoran” dengan kode nomor 651. Karena itu untuk buku tersebut nomor klasnya (nomor golongan ilmu/ subyek) adalah 651.
· Ter adalah 3 huruf kependekan dari nama keluarga/utama pengarang “Terry” yang diambil dari depan yaitu Ter nya. Pada umumnya nama keluarga/utama pengarang adalah nama yang terletak di deretan paling belakang, kecuali nama keluarga/utama daripada nama pengarang Tionghoa yang letaknya justru di depan.
Karena itu 3 huruf kependekan dari nama keluarga/utama pengarang diambilkan dari nama “Terry” tersebut.
· o adalah 1 huruf pertama yang diambil dari judul buku “OfficeManagement and Control; the Action of Administrative Management”, di mana huruf o merupakan huruf pertama.
Blanko kartu buku, yaitu blanko kartu berukuran tertentu yang berisi isian ataupun kolom untuk diisi dengan keterangan-keterangan :
· Nomor penempatan (call number)
· Nama pengarang
· Judul buku
· Nama peminjam dan alamat atau nomor anggota perpustakaan
· Tanggal pinjam
· Tanggal kembali
· Parap
Kegunaannya ialah untuk dipakai sebagai arsip apabila bukunya sedang dipinjam.
Kantong kartu buku, yaitu kantong yang dibuat dari kertas yang agak tebal dan berbentuk segitiga atau persegi. Besarnya seukuran lebih sedikit daripada kartu buku. Kegunaannya adalah untuk menempatkan/ menyimpan kartu buku daripada buku yang bersangkutan. Kantong kartu buku ini ditempelkan di sampul belakang bagian dalam daripada buku yang bersangkutan.
Blangko tanggal pengembalian (due date), yaitu blanko yang berisi kolom-kolom untuk isian keterangan tanggal kembali buku yang sedang dipinjam. Ukurannya hampir sebesar kartu buku, dan gunanya untuk sewaktu-waktu diisi dengan keterangan tanggal kembali buku yang sedang dipinjam agar si peminjam dapat mengetahui kapan ia harus mengembalikannya. Blanko ini ditempelkan di halaman sebelah sampul belakang bagian dalam.
Lembaran peringatan/perhatian, yaitu lembaran sebesar kartu buku yang berisi uraian permintaan perhatian (peringatan) secara singkat kepada peminjam agar buku yang bersangkutan dipinjam tidak dihilangkan, dirusakan, dipinjamkan kepada orang lain yang akan beresiko akan hilang dan sebagainya. Lembaran ini ditempelkan pada sampul depan bagian dalam.


2.4.5 Penyusunan Buku di Rak (Shelving)
Setelah buku selesai diolah maka untuk mempermudah pengguna maupun pustakawan mencari bahan pustaka maka penyusunan buku di rak harus tertata dengan baik untuk mempermudah pencarian bahan pustaka, 4 pinsip penyusunan dan pengaturan buku menurut daryanto :




1. Class
Hendaknya buku-buku yang mempunyai subjek yang sama digolongkan dalam satu tempat.
2. Aistematis
Letakan berdekatan buku yang mempunyai pokok soal (subjek) yang sangat dekat pertaliaanya
3. Fleksibelity
Susunan buku harus fleksibel (luwes) sehingga memungkinkan penambahan buku yang sisipkan.
4. Simbol
Buku dalm rak harus mempunyai tempat yang tetap sehingga kalau diperlukan mudah didapat. Oleh itu buku harus diberi tanda atau simbol. ( Daryanto, 1985:133)
Dan untuk lebih mempermudah penyimpanan menurut P. Sumardji tata kerja penyusunan buku di rak yaitu:
Tulisan nomor penempatan (call number) pada label yang ditempelkan pada punggung buku, berfungsi sebagai petunjuk tempat dan nomor urut di mana buku yang bersangkutan harus ditempatkan dan disusun pada rak buku.
Dengan demikian tuliasn nomor penempatan (call number) tersebut harus selalu dipergunakan sebagai pedoman dalam menyusun buku yang bersangkutan pada rak buku.
Karena itu sebelum menyusun buku-buku di rak, lebih dahulu harus memperhatikan nomor penempatan (call number) masing-masing buku secara terperinci mulai dari nomor klas, kemudian tiga huruf kependekan nama utama/keluarga pengarang dan satu hurup pertama dari judul, sampai kepada yang lainnya.
Kemudian barulah pelaksanaan menyusun buku-buku dapat dilakukan dengan cara:
Pertama-tama buku-buku disusun menurut urutan no klasifikasi mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar.
Kemudian susunan dilanjutkan dengan susunan menurut urutan secara alfabetis 3 huruf kependekan nama utama/keluarga pengarang satu persatu mulai hurup ke-1, ke-2 dan ke-3, dilanjutkan dengan urutan secara alfabetis pula 1 huruf pertama dari judul.
Selanjutnya diteruskan dengan urutan nomor maupun hurup lain-lain yang kiranya masih tercantum dalam label nomor penempatan (call number)
Demikianlah, maka apabila ada kelompok buku nomor klas-nya masing-masing sama semuannya, kemudian yang diurutkan adalahurutan secara alfabetis 3 huruf kependekan nma utama/keluarga pengarana mulai dari huruf ke-1, ke-2 dan ke-3. jika hurup ke-1sama, maka diurutkan kemudian adalah huruf ke-2 , dan jika huruf je1 maupun ke-2 sama, maka yang diurutkan kemudian adalah huruf ke 3. selanjutnya jika hurup ke-1, ke2 dan ke-3 tersebut juga sama, maka yang diurutkan kemudian adalah satu hurup pertama dari judul.
Jika ada kelompok buku baik nomor klas, 3 huruf kependekan nama utama/keluarga pengarang maupun 1 hurup pertama dari judul semua juga sama, maka yang diurutkan kemudian adalah urutan nomor penempatan (call number) seperti misalnya:
· Urutan jilid, biasanya pake angka rum: I, II, II dan seterusnya
· Urutan banyaknya eksemplar, biasanya dinyatakan dengan keterangan nomor urut: c.1, c.2, c.3, dan seterusnya, yang dimaksudnya adalah copy 1, copy 2, copy 3 dan seterusnya (berati 1 judul jumlah eksemplarnya lebih dai satu).


Contoh penyusunan buku-buku pada rak:
650 650 651 651 657 657 658 658 658 658 658
Spr Wei Ben Buc Mac Mat Bla Bla Koo Koo Koo
p b m h a a a d p p p
c.1 c.2 c.3





DAFTAR PUSTAKA




Daryanto, 1986 Pengetahuan Praktis Bagi Pustakawan, Binacipta, Malang.


Muchyidin, A. Suherlan, 1997 Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan
Umum, Geger Sunten, Bandung.


Pendit, Putu Laxman, 2008 Perpustakaan Digital Dari A Sampai Z, Cita
Karyakarsa Mandiri, Jakarta.


Riduwan, 2007 Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitia, Alfabeta,
Bandung.
Sulistyo Basuki, 1991 Pengantar Ilmu Perpustakaan, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta


Sumardji, P, 1993 Mengelola Perpustakaa, Kanisius, Yogyakarta.


Supriyanto, Wahyu, 2008 Teknologi Informasi Perpustakaan, Kanisius,
Yogyakarta.


Sutarno NS, 2006 Manajemen Perpustakaan: Suatiu Pendekkatan Praktik,
Saging Seto, Jakarta.


Usman, Husainin : Akbar, Purnomo Setiady, 2009 Metodologi Penelitian
Sosia, Bumi Aksara, Jakarta.


Yusuf, Pawit M : Suhendar, Yayan, 2005 Pedoman penyelenggaraan
perpustakaan sekola, Kencana, Jakarta.

Jumat, 27 Maret 2015

Sistem Pengolahan Bahan Pustaka 3


SISTEM PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perpustakaan sebagai sumber informasi memegang peranan penting dalam pembangunan di era globalisasi saat ini dan merupakan sarana penunjang dalam pendidikan formal maupun informal. Perpustakaan dalam konteks komunikasi yang lebih luas, juga berperan sebagai lembaga sosial di dalam proses pendidikan dan inovasi untuk menunjang semua kegiatan masyarakat yang dilayaninya. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dipahami bahwa salah satu fungsi utama perpustakaan adalah menyediakan dan menyebarluaskan informasi yang dimilikinya kepada pengguna perpustakaan.
Perpsutakaan yang baik yaitu perpustakaan yang dapat menyajikan informasi secara cepat dan tepat kepada pengguna perpustakaan. Agar perpustakaan dapat berfungsi sebagaimana mestinya, perpustakaan harus dapat menjadi pusat penyimpanan dan pelestarian ilmu pengetahuan, pusat belajar, pusat penelitian, dan pusat penyebaran informasi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat membuat pihak perpustakaan harus meningkatkan dan menambah koleksi bahan pustaka baik yang tercetak maupun tidak tercetak. Setiap koleksi bahan pustaka yang diterima disuatu perpustakaan baik yang berasal dari pembelian, hadiah atau sumbangan, hasil tukar menukar maupun penerbitan sendiri belum dapat ditempatkan di dalam rak dan dipinjamkan kepada pengguna sebelum diadakannya suatu kegiatan pengolahan.
Pengolahan bahan pustaka penting dilakukan untuk memudahkan temu balik informasi dan memperlancar kegiatan pelayanan. Apabila pengolahan bahan pustaka tidak diperhatikan dengan baik maka akibatnya salah satu tujuan perpustakaan tidak dapat dicapai, dan bahan pustaka tersebut sulit untuk ditemukan oleh pengguna perpustakaan karena tidak ada alat bantu penelusur untuk dimanfaatkan.Pengolahan bahan pustaka yang dilaksanakan dengan baik harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk memungkinkan tujuan perpustakaan tercapai secara optimal. Jika perpustakaan tidak dapat mengolah bahan pustaka dengan baik maka salah satu tujuan perpustakaan tidak dapat dicapai.
Perpustakaan SMK NEGERI 3 MATARAM tentu juga melakukan kegiatan pengolahan terhadap bahan pustaka yang diperoleh agar dapat disajikan kepada pengguna perpustakaan pengolahan yang dilakukan pada SMK NEGERI 3 MATARAM tentunya harus mengikuti pedoman standar baik dalam kegiatan inventarisasi, katalogisasi, penentuan subjek maupun pengklasifikasian pengembangan kelengkapan bahan pustaka.
Perpustakaan sekolah sebagai salah satu perpustakaan yang berada di lingkungan sekolah SMK NEGERI 3 MATARAM yang berperan sebagai penyedia informasi bagi siswa yang berada di lingkungan sekolah tersebut dalam proses belajar mengajar.Dengan melihat betapa pentingnya peran perpsutakaan sekolah dalam menunjang kelancaran proses belajar mengajar bagi siswa dan guru maka diharapkan agar perpustakaan sekolah SMK NEGERI 3 MATARAM memiliki koleksi-koleksi bahan pustaka yang lengkap sesuai kebutuhan siswa dan guru.
Oleh karena itu koleksi yang ada di perpustakaan sekolah SMK NEGERI 3 MATARAM harus dikelola, diolah dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Koleksi atau bahan pustaka merupakan salah satu komponen penting dalam perpustakaan dan merupakan unsure pokok dari suatu perpustakaan. Oleh sebab itu sebelum koleksi perpustakaan dilayankan kepada pengguna perpustakaan, maka terlebih dahulu harus melalui proses yaitu dimulai dari pengadaan, pengolahan, sampai pada penataan atau penjajaran koleksi di rak.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem pengolahan bahan pustaka di perpustakaan sekolah SMK NEGERI 3 MATARAM
2. Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam pengolahan bahan pustaka?
3. Bagaimana peran pustakawan dalam memaksimalkan pengolahan bahan pustaka?


C. Tujuan dan manfaat laporan akhir
Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka penulisan laporan akhir ini dengan tujuan dan manfaat sebagai berikut :
1. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :
a. Untuk mengetahui bagaimana sistem atau cara pengolahan bahan pustaka di sekolah SMK NEGERI 3 MATARAM dimulai dari inventarisasi, katalogisasi, pengklasifikasian, pembuatan kartu katalog sampai bahan pustaka itu siap disajikan.
b. Untuk mengetahui kendala – kendala yang dihadapai dalam pengolahan bahan pustaka
c. Untuk mengetahui peran pustakawan dalam memaksimalkan pengolahan bahan pustaka.
2. Manfaat
Manfaat penulisan laporan akhir ini adalah sebagai berikut :
a. Secara Akademis
Merupakan salah satu syarat untuk mencapai kebulatan studi supaya dapat meraih gelar Diploma III Ilmu Perpustakaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Muhammadiyah Mataram.
b. Secara Praktis
Diharapkan laporan akhir ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambahkan wawasan dan cakrawala berfikir bagi mahasiswa Diploma III Ilmu Perpustakaan.
c. Secara Teoritis
Laporan akhir ini dapat bermanfaat sebagai perbandingan atas teori yang telah diperoleh dibangku perkuliahan dengan kenyataan yang ada di lapangan dan memberikan pengalaman dalam melatih diri untuk dunia kerja.




D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penyelesaian laporan akhir ini penulis menggunakan beberapa metode untuk mengumpulkan data antara lain sebagai berikut :
1. Partisipasi langsung, yaitu penulis melibatkan diri secara langsung pada kegiatan pengolahan bahan pustaka
2. Observasi,yaitu penulis mengamati secara langsung sistem pengolahan bahan pustaka yang dilakukan oleh perpustakaan.
3. Interview, yaitu penulis melakukan tanya jawab dengan petugas / pengelola perpustakaan sekolah mengenai sistem pengolahan bahan pustaka
4. Studi kepustakaan, yaitu melakukan penelaahan terhadap beberapa literature yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas dalam laporan akhir ini, untuk mendapatkan teori-teori yang dipakai untuk menunjang penyusunan laporan akhir ini.


BAB II
PERMASALAHAN YANG DI HADAPI

Dalam bab ini penulis menuraikan beberapa pokok permasalahan agar laporan akhir ini dapat terfokus dengan sasaran yang penulis inginkan. Adapun yang perlu penulis ungkapkan atau jelaskan secara berurutan adalah, Gambaran umum perpustakaan SMK NEGERI 3 MATARAM dan Permasalahan yang dihadapi.

A. Gambaran umum perpustakaan SMK NEGERI 3 MATARAM
Sebelum penulis mengemukakan suatu permasalahan yang dihadapi,terlebih dahulu penulis akan mengemukakan gambaran umum tentang perpustakaan SMK NEGERI 3 MATARAM adalah sebagai berikut:
1. Sejarah / latar belakang perpustakaan SMK NEGERI 3 MATARAM
Ulasan singkat mengenai sejarah perpustakaan SMK NEGERI 3 MATARAM merupakan jenis perpustakaan sekolah yang didirikan pada tahun 1976.
Dengan rincian penjelasan sebagai berikut
a. Gedung perpustakaan SMK NEGERI 3 MATARAM berdiri tahun 1976
- Asal = ruang kelas
- Luas = 9 x 15 m2
b. nama: Perpustakaan SMK NEGERI 3 Mataram
c. Jenis: Perpustakaan sekolah
d. NSS: 321230101001
e. Alamat: Jl.Pendidikan No.47 tlp/fax ( 0370 ) 635347 / 6040578 mataram 83125
f. Pelayanan e-mail : smkn 3 mataram@yahoo.com
- Peserta didik: 1480 orang
- Guru: 162 orang
- Pengelola TU 39 Orang

Sebelum tahun 1976 perpustakaan SMK NEGERI 3 MATARAM atau yang dulunya bernama STM,berada diruangan kepala sekolah dengan satu lemari buku, koleksinya hanya buku tehnik khusus untuk buku pelajaran seperti:

- Teknik bangunan
- Teknik elektronika
- Teknik Mesin
Petugas atau pengelola khusus untuk perpustakaan pada saat itu belum ada sehingga siapa saja yang meminjam / memerlukan buku tinggal dicatat sendiri dengan kata lain peminjam buku melayani diri sendiri.
Sesudah tahun 1976 baru ada tempat khusus untuk perpustakaan yaitu ruangan kecil ( ukuran 1 x 2m2 ) dengan koleksi buku paket dari proyek keadaan ini dapat dikatakan SMK NEGERI 3 MATARAM mulai ada perpustakaan, walaupun pengolahannya bukan dari perpustakaan.petugas saat itu dari guru bidang studi umum terutama guru bahasa Indonesia yang jam ngajarnya kurang padat.
Perkembangan selanjutnya sejak tahun 1980 petugas perpustakaan selain dari guru ditambah lagi dari pegawai tata usaha yang telah mendapat penataran khusus tentang perpustakaan baik tingkat provinsi dan regional.
Mulai tahun1990 di kelola oleh “ Perpsutakaan “ beserta karyawan tata usaha dan guru bidang studi sejak saat itu tidak bertugas lagi di perpustakaan.Ruangan Perpustakaan pun sudah cukup luas ( seperti keterangan di atas ) bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.Sampai saat ini perpustakaan SMK NEGERI 3 MATARAM sudah dikelola oleh dua orang petugas sebagai tenaga fungsional.

2. Pembagian Tugas dan Koordinasi
Dalam menjalankan tugas dan kewajiban sehari – harinya dalam mengelola perpustakaan,perpustakaan selaku kepala perpustakaan SMK NEGERI 3 MATARAM dan petugas perpustakaan selaku pengelola perpustakaan memiliki tugas dan kewajiban masing – masing dalam mengolah bahan pustaka.
Pembagian tugas dan koordinasi diuraikan dalam bentuk table sbb:
Tabel 1.1. Pembagian Tugas dan Koordinasi

No. NAMA TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KETERANGAN
1. Ka, Perpustakaan
1.1 Tugas pokok :
Bertanggung jawab atas segala kegiatan perpustakaan sekolah.
1.2 Tugas rutin :
- Menyusun program terutama program tahunan
- Menyusun Visi Perpustakaan
- Membuat laporan bulanan / tahunan Tugas lain:
Memberi motivasi pengolahan dan pelayanan perpustakaan
2. Bag. Pengolahan 2.1 Tugas Pokok :
Bertanggung jawab atas segala pelaksanaan kegiatan pengholahan dan pelayanan.
2.2 Tugas rutin :
- pengadaan format
- pengunjung
- peminjam
- anggota perpustakaan
- bebas pinjam
- memberi layanan setiap hari khusus,pada siswa Tugas lain :
Membantu untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan pengolahan perpustakaan.
3. Bag. Pelayanan 3.1 Tugas Pokok:
Bertanggung jawab atas segala kegiatan pelestarian bahan pustaka dan pelayanan.
3.2 Tugas Rutin :
- mengatur / menyimpan buku
- menjaga / memelihara buku
- membuat analisis pelayanan.
- memberi layanan setiap hari,khusus pada siswa Tugas rutin :
Mambantu melaksanakan tugas yang berhubungan dengan pelayanan

Dengan pembagian tugas dan tanggung jawab yang di berikan maka kepala perpustakaan / pustakawan dapat memberikan pengarahan dalam sitim pengolahan dan pelayanan perpustakaan.

4. Manajemen dan SDM
Kepala perpustakaan / pustakawan memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mengelola perpustakaan, seperti melakukan sistem pengolahan bahan pustaka sebelum bahan pustaka tersebut disajikan kepada pamakai atau pengguna perpustakaan.

Perpustakaan SMK NEGERI 3 MATARAM di koordinasi atau dipimpin oleh seorang yang memiliki format di bidang hukum ( bergelar sarjana hukum ), dan pernah mengabdi sebagai guru bidang studi yaitu bahasa Indonesia dan telah mendapat orientasi dan penataran perpustakaan tingkat provinsi dan nasional yang masing – masing bertugas dibagian teknis dan pelayanan.

Sedangkan tenaga / staf yang ada menurut bidang pendidikannya adalah :
a. Sarjana sebanyak 2 orang
b. SLTA sebanyak 1 0rang
Kalau ditinjau dari pengalaman pendidikan / pelatihan tentang ilmu perpustakaan, maka dapat dijabarkan sbb :
a. Sarjana ditambah penataran perpustakaan 1 orang
b. Sarjana ditambah penataran / diklat orientasi perpustakaan sebanyak 1 orang
c. SMA sampai saat ini belum pernah mengikuti penataran dibidang perpustakaan.
Menurut lama penataran atau diklat orientasi perpustakaan yang pernah diikuti, maka penjabarannya sebagai berikut:
a. Penataran perpustakaan tingkat provinsi selama 3 bulan di bandung,penataran perpustakaan tingkat nasional 2 kali di mataram selama 2 bulan sebanyak 1 orang yaitu ( Pustakawan / Kepala Perpustakaan )
b. Penataran perpustakaan selama 3 bulan di LPMP mataram sebanyak 1 orang yaitu ( staf perpustakaan bagian pengolahan ).
Menurut status dalam kepegawaian penjabarannya sebagai berikut :
Tenaga perpustakaan SMK NEGERI 3 MATARAM terdiri dari 3 orang yaitu :
- golongan IV : 1 orang ( Pustakawan madya ) pegawai negeri sipil
- golongan III : 1 orang ( struktural ) pegawai negeri sipil
- honorer : 1 orang ( pegawai tidak tetap )
sedangkan anggota perpustakaannya adalah sbb :
- Peserta didik : 1.480 orang
- Guru : 162 orang
- Karyawan / Tu : 39 orang
5. Sarana dan Prasarana
5.a Sarana
Gedung / ruang perpustakaan SMK Negeri 3 Mataram berada di bagian timur dari lokasi kepala sekolah yang bersebelahan dengan ruang tata usaha dan aula SMK Negeri 3 Mataram.Luas ruangan perpustakaan 135 m2 (9 x 15 m2)ata sama dengan satu ruang kelas.
Penataan koleksi, ruang baca, ruang sirkulasi, ruang referensi maupun ruang administrasi menjadi satu tempat secara garis besarnya ruanga prpustakaan SMK negeri 3 Mataram di lengkapi dengan pengaturan suhu (kipas angin ) dan belum dilengkapi dengan ac.
Sebagai keterangan tambahan, bahwa hampir semua dinding yang ada di Perpustakaan dipenuhi oleh papan data statistic baik data mengenai kegiatan perpustakaan, statistic pengunjung , statistic peminjam perpustakaan maupun data jumlah koleksi bahan pustaka perpustakaan serta informasi terbaru yang selalu di pajang hingga dapat merangsang siswa untuk datang ke perpustakaan dan belajar.

5.b Prasarana
Untuk memperlancar penyelenggaraan kegiatan, maka perpustakaan SMK NEGERI 3 MATARAM ditunjang oleh berbagai fasilitas untuk memberikan pelayanan semaksimal mungkin terhadap pemakai perpustakaan .

B. Permasalahan yang dihadapi
Dari gambaran umum, Perpustakaan SMK Negeri 3 Mataram yang telah dipaparkan secara mendetail tersebut di atas ,jika penulis amati secara langsung di lapangan dengan mengadakan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait terhadap permasalahan tentang perpustakaan dengan diimbangi data-data atau dokumen yang ada di perpustakaan SMK Negeri 3 Mataram, maka penulis dapat mengkaji berdasarkan rumusan masalah pada bab II.Ada beberapa permasalahan yang sedang dihadapi untuk diangkat dalam laporan akhir ini adalah:
a. Struktur Organisasi
b. Pembagian tugas dan Koordinasi
c. Manajemen dan SDM
d. Sarana Prasarana
Untuk lebih jelasnya permasalah tersebut akan disajikan secara lengkap pada BAB III yaitu pada analisin permasalahan.



BAB III
ANALISIS PERMASALAHAN


A. Sistem Pengolahan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan
SMK NEGERI 3 MATARAM

Salah satu tugas perpustakaan adalah menyediakan bahan pustaka untuk dipakai oleh sekelompok orang tertentu dan bahan yang disediakan hendaknya berguna dan bernilai bagi pengguna perpustakaan.
Untuk dapat memenuhi tugas diatas,perpustakaan khususnya perpustakaan SMK NEGERI 3 MATARAM selalu berusaha memberikan pelayanan yang baik bagi pengguna dalam memanfaatkan koleksi perpustakaan. Upaya yang sangat penting dilakukan pada perpustakaan sekolah SMK NEGERI 3 MATARAM adalah kegiatan pengolahan. Pengolahan bahan pustaka dilakukan sejak masuknya bahan pustaka ke perpustakaan sampai siap untuk dimanfaatkan atau dipinjam oleh pengguna perpustakaan.
Pada dasarnya kegiatan pengolahan ialah mempersiapkan bahan pustaka sedemikian rupa sehingga bahan pustaka tersebut dengan mudah dapat ditemukan apabila dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan.
Menurut P.Sumardji, yang dimaksud dengan kegiatan pengolahan adalah kegiatan mengolah berbagai macam koleksi yang diterima perpustakaan berupa buku, majalah, tesis, surat kabar dan lain sebagainya, agar menjadi dalam keadaan siap untuk :
- Diatur pada tempat – tempat tertentu
- Disusun menurut sistematis sesuai dengan sistem yang berlaku
- Dipergunakan oleh siapa saja yang memerlukan
Pengolahan bahan pustaka sering disebut dengan katalogisasi dan klasifikasi. Pengolahan bahan pustaka dikategorikan sebagai pekerjaan dokumentasi, meliputi, pembuatan kliping, pembuatan indeks dan lain sebagainya. Pekerjaan ini sangat penting karena pengolahan akan menghasilkan katalog perpustakaan.
Pengolahan bahan pustaka ialah suatu rangkaian pekerjaan untuk mempersiapkan bahan pustaka yang telah ada tapi belum diolah sampai bahan pustaka itu dapat dilayankan kepada pengguna perpustakaan atau dengan kata lain pengolahan bahan pustaka merupakan langkah awal dalam pelaksanaan pelayanan perpustakaan.
Bahan pustaka perlu diolah sebelum dijajarkan dan sebelum dilayankan kepada pengguna atau pemakai perpustakaan, khususnya perpustakaan SMK NEGERI 3 MATARAM. Adapun sistem pengolahan bahan pustaka yang dilakukan perpustakaan SMK NEGERI 3 MATARAM yaitu meliputi :


I. Pra Katalogisasi
Dalam sistem pengolahan bahan pustaka, pra katalogisasi adalah merupakan langkah awal dalam pengolahan bahan pustaka. Adapun kegiatan – kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Inventarisasi
setiap bahan pustaka yang masuk menjadi milik perpustakaan hendaknya di inventarisasikan atau dicatat dalam buku inventaris / buku induk. Yang dimaksud dengan inventarisasi ialah proses pencatatan data – data dari sebuah buku ke dalam buku induk perpustakaan sebagai mana bukti bahwa koleksi tersebut menjadi milik perpustakaan yang bersangkutan, baik berasal dari pembelian, sumbangan atau hadiah. Pada intinya,kegiatan inventarisasi bahan pustaka itu adalah kegiatan pencatatan semua bahan pustaka milik perpustakaan yang dilakukan oleh petugas perpustakaan atau pustakawan.

Dalam melaksanakan kegiatan inventarisasi bahan pustaka diperlukan :
1. Buku induk atau buku inventarisasi,berisi kolom – kolom yang berhubungan dengan bahan pustaka seperti, judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit dan lain – lain.
2. Cap / stempel inventarisasi, berisi nama yang bersingkatan, kolom inventarisasi, tahun dan tanggal waktu buku itu dicatat dalam buku inventarisasi.
3. Cap / stempel perpustakaan, berisi nama, alamat dan simbol perpustakaan yang bersangkutan.
Dalam melaksanakan kegiatan inventarisasi bahan pustaka ada langkah – langkah yang harus dilakukan oleh petugas perpustakaan dan pustakawan SMK NEGERI 3 MATARAM yaitu :
1. Langkah penerimaan bahan pustaka
a. Buku yang diterima oleh perpustakaan terlebih dahulu diperiksa kondisinya dalam keadaan baik atau ada kerusakan.
b. Memisahkan buku yang tidak sesuai dengan pesanan
c. Membuat dan mengerimkan tanda bukti penerimaan buku.
2. Langkah Pengecapan, yaitu terdiri dari stempel perpustakaan dan stempel inventarisasi
3. Langkah Pencatatan.
Yaitu mencatat semua buku yang diterima dan telah di stempel ke dalam buku induk dengan mengisi kolom tanggal terlebih dahulu.
Dari kegiatan – kegiatan inventarisasi tersebut diatas, dapat kita ketahui bahwa inventarisasi ini sangat penting dilakukan dalam pengolahan bahan pustaka, khususnya di perpustakaan SMK NEGERI 3 MATARAM dengan tujuan :
1. Mempermudah petugas perpustakaan dan pustakawan yang mengelola perpustakaan sekolah SMK NEGERI 3 MATARAM dalam pengaduan bahan pustaka berikutnya.
2. Memudahkan pustakawan dan petugas perpustakaan sekolah SMK NEGERI 3 MATARAM untuk mengawasi terhadap koleksi yang dimiliki.
3. Memudahkan pustakawan dan petugas, sekolah SMK NEGERI 3 MATARAM dalam pelaporan tahunan tentang jumlah koleksi yang dimiliki.

b. Stempel Buku
Langkah selanjutnya dari pra katagolisasi dalam sistem pengolahan bahan pustaka adalah stempel buku. Pemberian stempel ini dilakukan sebelum bahan pustaka di inventarisasikan pemberian stempel adalah pekerjaan memberi tanda atau ciri dengan stempel perpustakaan pada buku untuk menyatakan bahwa buku tersebut adalah milik perpustakaan. Buku – buku yang diterima oleh perpustakaan baik itu dari pembelian hadiah maupun sumbangan harus segera diberi cap / stempel terlebih dahulu yang di anggap penting. Bagian – bagian yang dianggap penting dalam pemberian stempel adalah :
- Sampul ( Cover )
- Halaman Judul
- Daftar Isi
- Halaman Setiap BAB
- Halaman Indeks
- Halaman Bibiografi
- Pada halaman dibalik judul diberi tanda stempel inventaris yang memuat kolom isian nomor inventaris buku dan kolom isian asal pengadaan buku.

II. Katalogisasi
Setelah bahan pustaka selesai di inventarisasi maka langkah selanjutnya ialah pembuatan katalog, katalog memungkinkan pengguna untuk menemukan suatu bahan pustaka yang tersedia dalam koleksi perpustakaan tertentu. Yang dimaksud dengan katalog ialah daftar pustaka ( buku dan non buku ) milik suatu perpustakaan yang disusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk mencari dan menemukan lokasi pustaka dengan mudah dan cepat. Secara umum katalog adalah daftar nama – nama, tempat dan barang – barang. Pengertian katalog secara khusus dalam dunia perpustakaan adalah daftar bahan pustaka / koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan yang disusun menurut sistem tertentu.
Katalog merupakan alat di perpustakaan untuk memudahkan pengguna perpustakaan dalam mencari buku yang dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan, Sutarno NS, 2006 mengartikan katalogisasi adalah kegiatan membuat deskripsi data bibliografi suatu bahan pustaka menurutstandar atau peraturan tertentu. Hasil mengkatalogisasi dapat berupa deskripsi (entry) yang dibuat dalam bentuk kartu katalog atau yang dimuat dalam pangkalan data komputer. Katalog merupakan wakil koleksi bahan pustaka.
Agar bahan pustaka dapat didayagunakan secara efektif dan efisien, perlu adanya pengolahan bahan pustaka ( Proses katalogisasi tersebut ). Lebih – lebih dengan berkembangnya teknik produksi buku yang mengakibatkan koleksi buku berkembang menjadi besar, maka semakin terasa perlunya katalog. Tanpa diadakan katalogisasi, mencari buku – buku yang diperlukan akan sulit. Oleh karena itu pustakawan mencari sarana atau alat yang dapat memberikan gambaran tentang suatu buku / bahan pustaka dalam bentuk catatan serta mengatur buku – buku dirak, untuk memudahkan menemukan kembali jika diperlukan. Alat itulah yang disebut katalog.

a. Pengertian Katalogisasi
Proses katalogisasi merupakan pembuatan identitas atau data bibliografi bahan pustaka dengan tujuan mempermudah pengguna jasa perpustakaan untuk temu kembali informasi bahan pustaka. Data bibliografi tersebut biasanya terdiri dari, pengarang, pengarang tambahan, judul, anak judul, judual seragam, penerbit, tempat terbit, edisi, tahun terbit, bibliografi, jumlah halaman dll. Katalog ini pada umumnya terbagi atas katalog judul, pengarang dan subyek.

Tujuan katalogisasi menurut Carles Ammi Cutter bahwa tujuan katalog perpustakaan adalah :
1. Memberikan kemungkinan seseorang menemukan sebuah buku yanh diketahui berdasarkan pengarang, judul buku dan subyeknya.
2. Menunjukan buku yang dimilki perpustakaan dari pegarang tertentu, berdasarkan subyek tertentu, dan dalam literatur tertentu.
3. Membantu dalam pemilihan buku berdasarkan edisinya atau berdasarkan karakternya.
Adapun fungsi dari pembuatan katalog adalah untuk mempermudah pencarian buku dalam perpustakaan berdasarkan pengarang, judul dan subyek.

Katalogisasi adalah proses pembuatan katalog. Katalogisasi merupakan salah satu bagian atau pekerjaan di perpustakaan yang bertanggung jawab atas proses dan keselamatan katalog atau daftar koleksi dari suatu perpustakaan.
Menurut P. Sumardji katalogisasi ialah kegiatan membuat kartu katalog untuk setiap koleksi bahan pustaka mulai dari membuat konsep kartu katalog sampai pada pembuatan berbagai macam kartu katalog, seperti : kartu katalog subjek, kartu katalog pengarang dan lainnya.
Jadi katalogisasi ialah proses mempersiapkan sebuah katalog, lengkap dengan uraian –uraiannya.


b. Deskripsi Katalog
Yang dimaksud dengan deskripsi katalog adalah memberikan keterangan mulai dari judul sampai dengan informasi daerah jejakan. Ketentuan pendeskripsian katalog ini terdapat pada AACR ( Anglo American Cataloguing Rules ).
Pencatatan deskripsi bibliografi sebuah bahan pustaka terdiri atas beberapa bagian unsur, yaitu :
1. Daerah judul / pernyataan kepengarangan
2. Daerah edisi
3. Daerah impresum ( kota terbit, nama penerbit dan yahun terbit )
4. Daerah kolasi
5. Daerah keterangan seri
1. Daerah catatan
2. ISBN
Informasi yang diberikan oleh sebuah katalog ada yang bersifat lengkap, tetapi ada yang bersifat sederhana. Tiga unsur yang pertama, yaitu informasi tentang judul / pernyataan kepengarangan, edisi, impressum, dan jumlah halaman merupakan data informasi katalog sederhana. Namun, pada tingkat pemakai tertentu, seperti mahasiswa, pengajar
( dosen ), dan peneliti membutuhkan informasi sampai unsur yang detail.

1.) Susunan dan Tanda Baca Katalog
a. Daerah judul
Judul karya dapat terdiri atas unsur – unsur sebagai berikut :
- Judul Utama ( official title ) diawali dengan huruf besar
- Judul Tambahan ( sub title ) dipisahkan dari judul utama dengan tanda titik dua
( : )
- Judul Sejajar / parallel yaitu judul yang sama dalam bahasa yang berbeda, dipisahkan dengan judul utama dan diberi tanda ( = )
b. Keterangan kepengarangan
Nama pengarang baik orang maupun badan korporasi diulang dalam deskripsi ( pokok uraian ) setelah judul dan disahului dengan tanda garis miring ( / ), dengan ketentuan sebagai berikut :
- Penyebutan nama pada deskripsi tanpa mengubah struktur nama seperti pada tajuk, dicatat sesuai apa yang tertera dalam halaman judul,dalam hal ini jika sebelum nama didahului dengan kata “ oleh “, “ by “ atau sejenisnya, kata tersebut dicantumkan juga.
- Nama pengarang ganda sebanyak – banyaknya tiga orang,seluruhnya dicantumkan pada deskripsi, masing – masing dipisahkan dengan tanda koma (,) jika perlu dipergunakan kata “dan” dalam kurung siku [ dan ]
- Jika pengarang ganda lebih dari tiga orang, maka dalam deskripsi dicantumkan nama pengarang pertama dengan keterangan tambahan “[et al]”
- Selain nama pengarang, semua yang terlibat dalam kepengarangan disebutkan dalam deskripsi setelah penyebutan nama pengarang. Dalam hal ini termasuk di dalamnya : nama penerjemah, penyunting, editor dan lain-lain masing – masing dipisahkan dengan tanda titik koma ( ; ).
- Nama gelar akademik dan nama panggilan tidak dinyatakan dalam deskripsi.

c. Keterangan edisi
Dalam mencantumkan keterangan edisi ditentukan sebagai berikut :
- Dalam mencantumkan keterangan edisi digunakan istilah dalam bahasa buku dan disingkat misalnya : Edition = ed. , cetakan = cet
- Cetak ulang tanpa disertai dengan revisi tidak dianggap sebagai edisi.
Pencantuman nomor edisi didahului dengan tanda : 2 nd ed. ; 3 rd ed. ; cet.5

d. Impresum
Yang dimaksud impresum adalah tempat terbit, nama penerbit,dan tahun terbit.
1. Pencantuman tempat terbit ditentukan sebagai berikut ;
Pencantuman tempat terbit didahului dengan tanda: . –
Jika tempat terbit tidak diketahui cantumkan “s.I” = sine loco
2. Pencantuman nama Penerbit ditentukan sebagai berikut:
a. nama penerbit didahului dengan titik dua ( : )
b. singkatan yang menunjukan jenis perusahaan seperti PT, Fa, Co. dan sejenisnya tidak disebutkan dalam impresum.
c. Jika nama penerbit tidak diketahui cantumkan “s.n” = sine nominee
3. Pencantuman tahun terbit ditentukan sebagai berikut:
a. tahun terbit didahului dengan tanda koma ( , )
b. jika tahun penerbitan tidak diketahui dapat dibuatkan perkiraan dalam kurung siku
c. jika tahun terbit tidak diketahui cantumkan “s.a” = sine anno



e. Kolasi
Yang dimaksud dengan kolasi adalah penyataan yang menyangkut fisik bahan pustaka, yang terdiri atas : jumlah halaman, tinggi buku, dan keterangan ilustrasi dan sejenisnya.
Keterangan kolasi dinyatakan sebagai berikut :
1. Keterangan dinyatakan secara singkat dalam bahasa Indonesia
- halaman disingkat hlm. Atau pagina disingkat p.
- ilustrasi disingkat ilus
- bibliografi disingkat bib
- Centi meter disingkat cm.
2 . Jumlah halaman dinyatakan dalam romawi kecil dan dalam angka arab diantara keduanya dipisahkan dengan tanda koma ( , )
3 . Keterangan ilustrasi yang terdiri dari gambar, peta, table, foto didahului dengan tanda titik dua ( : )
4 . Ukuran tinggi buku dinyatakan dengan sentimeter dan didahului dengan tanda titik koma
f. Daerah catatan
Hal-hal yang penting yang tidak tertampung dalam pokok uraian dapat dinyatakan dalam catatan, misalnya judul asli dari suatu karya terjemahan, penunjukan halaman bibliografi dan indeks.
g. Standart Internasional Buku
ISBN didahului dengan huruf ISBN dan ditulis dengan tanda hubung ( - ) diantara bagian nomornya.

c. Klasifikasi
Perpustakaan merupakan tempat menggali dan mencari informasi yang dibutuhkan, untuk berbagai kepentingan/kebutuhan pengguna jasa perpustakaan. Agar informasi yang ada di perpustakaan bisa disimpan dan ditemukan dengan mudah dan cepat. Untuk memudahkan menyimpan dan menemukannnya bahan pustaka harus diolah terlebih dahulu, salah satu kegiatan pengolahan bahan pustaka adalah klasifikasi, Klasifikasi adalah penggolangan atau pengelompokan buku berdasarkan subjek atau isi buku yang bersangkuatan (M. Yusup, 2007:40).
Sedangkan menurut Daryanto mengungkapkan Klasifikasi adalah menggolongkan bahan pustaka dengan sistem tertentu dan katalogisasi berperan sebagai kunci pembuka untuk menelusur bahan pustaka yang dimiliki sebuah perpustakaan secara efisien (Daryanto, 1985:86).
Tujuan klasifikasi dalam perpustakaan ialah untuk memudahkan mencari bahan pustaka, memudahkan menemukan bahan pustaka yang dicari dengan cepat dan tepat serta bagi pengelola atau pengguna perpustakaan memudahkan untuk menyimpan atau ditempatkan kembali ke tempat bahan pustaka.

1. Klasifikasi Persepuluhan Dewey : latar belakang dan unsur – unsurnya
Sistem Klasifikasi Persepuluhan Dewey Decimal Classification ( selanjutnya disebut DDC ), diciptakan oleh Melvil Dewey pada tahun 1873 dan pertama kali diterbitkan pada tahun 1876. Dari edisi pertama yang hanya terdiri dari 52 halaman itu sistem ini terus dikembangkan sehingga edisi mutakhir yaitu edisi 20 yang diterbitkan tahun 1989 terdiri dari 4 Jilid, masing masing untuk Pendahuluan, Bagan dan Indeks relatif, yang tebalnya lebih dari 52 kali edisi pertamanya. Perkembangan ini tidak saja terjadi oleh karena perkembangan ilmu pengetahuan akan tetapi juga berdasarkan kebutuhan para pemakainya yang makin lama makin banyak. DDC adalah salah satu klasifikasi yang paling banyak dipakai di seluruh dunia dan sudah di terjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Di samping edisi lengkapnya, DDC juga menerbitkan Edisi Ringkas, yang dimulai pada tahun 1894 dan telah mencapai edisi ke 12 pada tahun 1989. Edisi ini diterbitkan untuk perpustakaan-perpustakaan yang tidak terlalu besar koleksinya.

2. Unsur-unsur pokok DDC
Sebagai suatu sistem klasifikasi,DDC harus memiliki unsur-unsur tertentu yang merupakan,persyaratan bagi sistem klasifikasi yang baik.Unsur-unsur itu antara lain adalah:
a. Sistematika pembagian ilmu pengetahuan yang dituangkan ke dalam suatu bagan yang lengkap dan dilandaskan pada beberapa prinsip dasar tertentu.
b. Notasi, yang terdiri dari serangkaian simbol berupa angka,yang mewakili serangkai istilah ( yang mencerminkan subyek tertentu ) yang terdapat dalam bagan.
Dengan demikian stiap kelas,bagian dan sub-bagian di dalam bagan mempunyai notasinya sendiri yang pada DDC disebut nomor kelas
c. Indeks relatif, yang terdiri dari sejumlah tajuk dengan perincian aspek-aspeknya yang disusun secara alfabetis, dan memberikan petunjuk berupa nomor kelas,yang memungkinkan orang mencari tajuk yang tercantum dalam indeks pada bagan.
d. Tabel pembantu, yang berbentuk serangkaian notasi khusus, yang dipakai untuk menyatakan aspek-aspek tertentu yang selalu terdapat dalam beberapa subyek yang berbeda.Di dalam DDC edisi terakhir terdapat 7 tabel pembantu, yaitu Tabel Subdivisi Bahasa,Tabel Ras,bangsa,kelompok etnis, Tabel Bahasa-bahasa dan Tabel tentang orang/pribadi.
e. Di samping itu, sistem klasifikasi harus menyediakan kelas untuk Karya Umum,untuk menempatkan karya-karya yang begitu luas cakupannya,sehingga tidak dapat dimasukan ke dalam salah satu kelas utama manapun. Demikian juga untuk karya tertentu yang bentuk penyajiannya lebih dipentingkan daripada subyeknya,seperti pada kesusastraan.
3. Prinsip-prinsip dasar sistematika DDC
Penyusunan sistem Klasifikasi Persepuluhan Dewey yang dituangkan dalam suatu bagan yang sitematis dan teratur didasarkan pada beberapa prinsip dasar yang berikut :
a. Klasifikasi Persepuluhan Dewey
Pertama-tama membagi ilmu pengetahuan ke dalam 10 kelas utama. Kemudian masing- masing kelas utama itu dibagi lagi ke dalam 10 divisi, dan selanjutnya masing-masing divisi dibagi lagi ke dalam 10 seksi,sehingga dengan demikian DDC terdiri dari 10 kelas utama, 100 divisi dan 1000 seksi.Meskipun demikian,DDC masih memungkinkan diadakannya pembagian lebih lanjut daripada seksi menjadi sub-seksi,dari sub-seksi menjadi sub-sub-seksi,dan seterusnya.Oleh karena pola perincian ilmu pengetahuan yang berdasarkan kelipatan sepuluh inilah maka DDC disebut Klasifikasi Persepuluhan atau Klasifikasi Desimal.
b. Kelas utama ( main classes )
Sepuluh kelas utama diberi nomor urut 0,1,2,3,4,5,6,7,8 dan 9.akan tetapi di dalam praktek selalu dituliskan dalam bentuk notasi dengan tiga bilangan dan tidak boleh kurang, di mana nomor kelas utama menempati posisi pertama. Sepuluh kelas utama tersebut biasanya dinamakan Ringkasan Pertama (First Summary) dan terdiri dari :
000 Karya umum
100 Filsafat
200 Agama
300 Ilmu-ilmu Sosial
400 Bahasa
500 Ilmu-ilmu Murni
600 Ilmu-ilmu terapan (teknologi)
700 Kesenian dan olahraga
800 Kesusasteraan
900 Sejarah dan geografi

c. Divisi (divisions)
Setiap kelas utama dibagi menjadi 10 bagian yang disebut divisi,yang masing-masing diberi nomor urut 0 sampai dengan 9, sehingga kita peroleh 100 divisi, yang biasanya disebut Ringkasan Kedua (Second Summary ). Notasinya terdiri dari tiga bilangan di mana nomor divisi menempati posisi kedua. Misalnya, kelas utama teknologi (600) terdiri dari divisi-divisi yang berikut :

600 Teknologi
610 Ilmu kedokteran
620 Ilmu teknik
630 Ilmu pertanian
640 Kesejahteraan rumah tangga
650 Manajemen
660 Industri dan teknologi kimia
670 Pengolahan bahan industri dalam pabrik
680 Industri-industri lain
690 Bangunan

d. Seksi (sections )
Setiap divisi dibagi lagi menjadi 10 bagian yang disebut seksi, yang juga diberi nomor urut 0 sampai dengan 9, sehingga kita mendapat jumlah 1000 seksi ( didalam Edisi Ringkas 11 hanya ada 920 seksi) yang biasanya disebut Ringkasan Ketiga (Third Summary). Notasinyapun terdiri dari tiga bilangan dan nomor seksi menempati posisi ketiga. Divisi 610 atau Ilmu kedokteran dibagi menjadi seksi-seksi berikut :
610 Ilmu Kedokteran
611 Anatomi manusia
612 Fisiologi manusia
613 Ilmu kesehatan umum
614 Kesehatan masyarakat
615 Farmakologi dan Ilmu obat-obatan
616 Penyakit
617 Ilmu bedah
618 Cabang ilmu kedokteran yang lain
619 Ilmu kedokteran eksperimental

d. Pembagian lebih lanjut
Sistem klasifikasi Dewey memungkinkan pembagian yang lebih lanjut atas dasar kelipatan sepuluh (seksi menjadi sub-seksi, sub-seksi menjadi sub-sub-seksi, dan seterusnya ) dengan menempatkan titik decimal sesudah bilangan ketiga daripada notasi,dan menambahkan bilangan lain sebanyak yang diperlukan sesudah titik desimal tersebut. Dengan demikian notasi sub-seksi adalah 4 bilangan dan sub-sub-seksi adalah 5 bilangan dan seterusnya. Seksi Fisiologi manusia (612) diperinci sebagai berikut :
611 Fisiologi manusia
612.1 Darah dan peredaran darah
612.2 Pernapasan
612.3 Makanan dan metabolisme
612.4 Pencernaan makanan; kelenjar
…….
…….
612.8 Susunan syaraf dan alat-alat indra
612.81 Syaraf dan urat syaraf
612.82 Otak
612.83 tulang belakang
612.84 Syaraf Mata dan penglihatan
612.85 Telinga dan pendengaran

4. Prinsip dasar susunan umum-khusus
1. Dari 10 kelas utama yang ada,kelas utama yang pertama ( kelas 0 ) disediakan untuk karya umum yang membahas banyak subyek dan dari banyak segi pandangan,misalnya pesurat-kabaran,ensiklopedi,dan beberapa ilmu yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan pada umumnya, seperti informasi, komunikasi dan ilmu perpustakaan. Kelas utama 1-9 masing-masing mencakup satu jenis ilmu tertentu misanya Agama (200) atau sekelompok ilmu yang saling berhubungan, seperti ilmu social (300).Lihat Ringkasan Pertama
2. Dari 10 divisi dalam tiap kelas utama, divisi pertama ( divisi 0 ) membahas katya umum untuk seluruh kelas, sedangkan divisi 1-9 membahas hal-hal yang lebih khusus :
Kelas utama 600 Teknologi
Divisi utama 600-609 Karya umum tentang teknologi
Divisi kedua 610-619 Ilmu kedokteran ( khusus )
Divisi ketiga 620-629 Ilmu teknik ( khusus )

3. Dari 10 seksi dalam tiap divisi, maka seksi pertama ( seksi 0 ) disediakan untuk karya umum seluruh divisi,sedangkan seksi 1-9 untuk hal-hal yang lebih khusus lagi :
Divisi 610 Ilmu kedokteran ( umum )
Seksi pertama 611 Anatomi manusia ( khusus )
Seksi kedua 612 Fisiologi manusia ( khusus )

B. Kendala – kendala Yang Di Hadapi Dalam Pengolahan Bahan Pustaka Di Sekolah
Pengolahan atau processing koleksi perpustakaan merupakan serangkaian pekerjaan yang dilakukan sejak bahan pustaka diterima perpustakaan sampai dengan siap dipergunakan oleh pemakai. Tujuannya adalah agar semua koleksi dapat ditemukan atau ditelusuri dan dipergunakan dengan mudah oleh pemakai. Pengolahan merupakan pekerjaan yang berurutan, mekanis, sistematik dan runtut. Pengolahan bahan pustaka sering disebut dengan katalogisasi dan klasifikasi. Tetapi pada dasarnya pengolahan berbeda dengan katalogisasi dan klasifikasi. Katalogisasi dan klasifikasi adalah bagian dari proses pengolahan bahan pustaka, dengan kata lain pengolahan bahan pustaka lebih luas cakupannya dari katalogisasi dan klasifikasi. Pengertian pengolahan bahan pustaka secara luas adalah suatu kegiatan penyiapan bahan pustaka utama agar dapat dipakai oleh pengguna dan menghasilkan serta menerbitkan bahan pustaka sekunder dimana dalam kegiatan pengolahan terkadang dikategorikan sebagai pekerjaan dokumentasi yang meliputi: pembuatan sari karangan, kliping, pembuatan indeks dan lain-lain. Pekerjaan ini sangat penting karena pengolahan bahan pustaka merupakan kegiatan yang harus dilakukan di suatu perpustakaan.
Berikut ini ada beberapa kendala pustakawan di dalam proses pengolahan bahan pustaka di SMK Negeri 3 Mataram :
1. Kurang tersedianya buku induk untuk menginventarisasikan suatu bahan pustaka
2. Kurangnya tenaga pustakawan yang membantu proses pengolahan bahan pustaka secara maksimal
3. Kurangnya anggaran dana yang digunakan untuk melengkapi koleksi bahan pustaka
4. Kurang optimalnya proses pembuatan katalog karena masih menggunakan mesin ketik
5. Penempatan koleksi tidak berdasarkan nomor klasifikasi, sehingga penempatan koleksi terkesan semerawut dan bertumpuk karena penyusunan buku ada yang posisi berdiri dan posisi tidur.
Kita menyadari sepenuhnya banyak masalah – masalah yang dihadapi perpustakaan sekolah saat ini, untuk memecahkan masalah tersebut diperlukan kerjasama yang baik dari berbagai pihak yaitu pemerintah, kepala sekolah, kepala perpustakaan, guru, pustakawan dan wali murid.

C. Peranan Pustakawan Dalam Memaksimalkan Pengolahan Bahan Pustaka
Perpustakaan sekolah merupakan sarana yang penting dalam setiap program pendidikan dan pengajaran. Kepala sekolah dan kepala perpustakaan memegang peranan yang sangat penting atas keberhasilan suatu perpustakaan. Apabila kepala sekolah menyadari pentingnya perpustakaan untuk mendukukug program pendidikan sudah tentu perhatian kepada perkembangan perpustakaan diprioritaskan, baik dari segi alokasi dana, tenaga maupun ruangan perpustakaan. Pustakawan sebagai roda penggerak dituntut berdedikasi tinggi serta penuh pengabdian dalam bertugas untuk meningkatkan peran serta perpustakaan. Dengan kemajuan teknologi pustakawan harus meningkatkan kualitas serta kepekaannya terhadap kemajuan – kemajuan yang ada hubungannya dengan perkembangan serta peningkatan pelayanan. Anggaran merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu perpustakaan.
Di bawah ini ada beberapa peranan penting pustakawan di dalam sistem pengolahan bahan pustaka :
1. Menginventarisasikan suatu bahan pustaka ke dalam buku induk, dengan menambah jumlah buku induk.
2. Membantu proses pengolahan bahan pustaka secara maksimal dalam suatu perpustakaan
3. Membantu dan memberikan arahan dalam pembuatan katalog
4. Membantu dan memberikan arahan dalam penempatan pengaturan koleksi bahan pustaka dan pengaturan tata ruang perpustakaan.






BAB IV
PENUTUP


A. Kesimpulan
Dari hasil uraian laporan di atas dan beberapa Penelitian yang di lakukan oleh penulis di Perpustakaan SMK Negeri 3 Mataram yang dilakasanakan dari tanggal 09 Maret s/d 07 Juni 2011 dapat disimpulkan beberapa hal antara lain :

1. Sistem pengolahan bahan pustaka merupakan suatu rangkaian pekerjaan untuk mempersiapkan bahan pustaka yang telah ada tapi belum di olah sampai bahan pustaka itu di layankan kepada pengguna perpustakaan

2. Dalam sistem pengolahan bahan pustaka kegiatan kegiatan yang dilakaukan antara lain : inventarisasi, stempel buku, pembuatan katalog, klasifikasi.

3. Antara pustakawan dan petugas perpustakaan memiliki tanggung jawab serta kerja sama dalam mengelola bahan pustaka.

4. Tingkat pemanfaatan koleksi perpustakaan SMK Negeri 3 Mataram relatif rendah hal ini disebabkan kurang lengkapnya koleksi buku-buku yang mendukung pelajaran siswa sekolah.







B. Saran – saran
Pada akhir penyusunan laporan ini,penulis ingin memberikan beberapa saran berhubungan dengan penelitian di perpustakaan SMK Negeri 3 Mataram.Untuk dapat meningkatkan pelayanan perpustakaan pada umumnya,pelayanan sirkulasi yang merupakan salah satu bagian terpenting dari pelayanan maka dapat dikemukakan beberapa saran antara lain :

1. Menyediakan buku induk untuk inventarisasi buku lebih dari satu buku induk agar proses inventarisasi lebih optimal

2. Inventarisasi bahan pustaka sebaiknya dilakukan secara komputerisasi supaya informasi mengenai data staistik koleksi bahan pustaka dapat terlindungi apa bila terjadi kerusakan pada buku induk.

3. Penambahan tenaga perpustakaan untuk meningkatkan kinerja kerja dalam suatu perpustakaan seperti : Rak buku dan rak majalah dan Koran. Hal ini untuk memudahkan pengaturan kembali koleksi perpustakaan ke dalam rak buku sehingga buku dapat disusun berdasarkan nomor klasifikasi dan koleksi terkesan rapid dan memudahkan dalam pencaharian buku itu sendiri.

4. Perlu menambah koleksi bahan pustaka yang lebih variasi ( beragam ) untuk menunjang KBM di SMK Negeri 3 Mataram.