Kawasan Nusantara sebenarnya memiliki sumber pangan karbohidrat yang cukup berlimpah. Selain jenis biji-bijian, berbagai jenis ubi-ubian yang kaya karbohidrat tumbuh secara subur di Indonesia.
Sayangnya sejauh ini kita mengandalkan sumber karbohidrat dari padi (beras), bahkan hingga kekurangan karena termasuk yang tingkat konsumsinya tinggi. Alhasil pemerintah berusaha mengimpor beras dari negara lain, atau mengonsumsi gandum yang sebagian besar (mungkin seluruhnya)diimpor, meskipun tengah dikembangkan gandum tropis yang tumbuh di Indonesia.
Salah satu sumber karbohidrat adalah tanaman yang dikenal di Jawa dengan nama Suweg(Amorphophallus paeoniifolius). Di Jawa sudah lama dikenal sebagai bahan pangan, tetapi tidak populer. Padahal ubi Suweg banyak mengandung karbohidrat. Dalam 100 gramnya mengandung 1 gram protein, 0,1 gram lemak, 15,7 gram karbohidrat,4,2 gram besi, dan 62 mg kalsium.
Di Jepang jenis suweg ini diolah menjadi makanan yang cukup terkenal, yaitu konyaku, dan berbagai penelitian telah mencoba mengembangkan budi daya suweg dan memngolah menjadi tepusng suweg.
Sosok Tanaman
Tanaman ini merupakan salah satu jenis Araceae yang berbatang semu, dan mempunyai satu daun yang terpecah-pecah dengan tangkai daun yang tegak. Daun ini keluar dari umbinya. Salah satu yang sangat dikenal dari jenis Araceae adalah Amorphophallus titanum yang mempunyai bunga sangat besar, bahkan lebih tinggi dari rata-rata orang dewasa. Bunganya mengeluarkan bau yang tidak sedap, sehingga sering disebut bunga bangkai. Tanaman ini terdapat juga di Kebun Raya Bogor, dan ketika mengeluarkan bunga menjadi tontotan yang menarik.
Suweg masih sekerabat dengan tanaman langka itu,dan pada musim hujan sering mengeluarkan bunga yang menarik. Penulis pernah menanam suweg dalam pot dan bisa tumbuh dengan baik, bahkan berbunga dengan normal. Perawatannyapun tidak sulit.
Ciri-cirinya tanaman suweg adalah mempunyai tangkai yang belang putih hijau, berbintil-bintil, panjangnya 60 - 150 cm. Perbungaannya terjadi setelah daun hilang dari permukaan tanah. Bunga terdiri dari tangkai, seludang dan tongkol. Tangkai berwarna hijau dengan noda pucat setinggi 50 - 120 cm. Tongkolnya mengeluarkan bau tidak enak, dan tertiri dari tiga bagian; yang bawah bunga betina, tengah bunga jantan, dan atas bunga mandul.
Suweg ini terdiri dari dua varietas, salah satu varietas cukup umum di tanam, dan varietas liar biasanya tumbuh di hutan-hutan dan kebun tanpa dipelihara. Tanaman ini diduga berasal dari Asia tropik, tersebar di Malesia, mulai dari Jawa, Pilipina sampai ke kepulauan Pasifik. Biasanya tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 800 meter dari permukaan laut. Biasanya menyukai tempat yang agak terlindung dari matahari.
Manfaat
Suweg biasanya ditanam untuk dimakan umbinya. Parutan umbi yang segar juga dimanfaatkan sebagai obat luka. Seperti jenis talas, umbi tanaman ini juga mengandung kristal kalsium oksalat yang membuat rasa gatal. Senyawa ini bisanya dihilangkan dengan cara direbus.
Di Indonesia tanaman ini umumnya tumbuh liar di hutan atau ditanam secara sporadis. Belum ada usaha membudidayakannya secara besar-besaran, meskipun mempunyai potensi besar sebagai sumber karbohidrat. Perbanyakan biasanya dilakukan dengan menanam anakan umbi. Tanaman ini biasanya bisa dipanen setelah berumur 9-10 bulan.
Suweg dengan sosok daunnya yang unik memang bisa menjadi tanaman hias. Daun ini hanya satu dan akan menguning dan kering setelah beberapa bulan. Pada musim hujan, akan muncul bunga yang cukup indah dalam hampir dua bulan dari kuncup hingga layu, dan karenanya bisa menjadi tanaman hias yang unik. Setelah bunga latu, akan disusul munculnya daun tunggal.
Masyarakat di Jawa menyarankan agar memanen ubi suweg pada masa setelah daun itu mengering.
Tempat tumbuh
Suweg dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah termasuk tanah kapur, tanah merah, tanah lempung, tanah hitam, ataupun tanah berpasir. Ada daerah pedesaan yang masih banyak menanam suweg, suweg banyak ditanam diantara tanaman kayu seperti jati ataupun mahoni dan tahan terhadap naungan. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, suweg banyak dijumpai di tanah kapur seperti Gunung Kidul atau Kulon Progo dan daerah berpasir di Parangtritis. Suweg dapt dikembangkan di daerah bertanah lincat seperti pada sebagian daerah aliran sungai progo. Suweg dapat tumbuh optimal pada ketinggian daratan 200-600 mdpl.
Budidaya
Suweg ditanam berasal dari tunas-tunas yang banyak keluar dari umbi. Bibit ditanam pada musim penghujan. Sebelum ditanam, tanah digemburkan terlebih dahulu baru setelah itu dibuat lubang tanam yang seukuran dengan bibit yang akan ditanam. Setelah bibit ditanam, tunas suweg ditimbun kembali dengan tanah atau juga dengan seresah dedaunan yang juga berfungsi sebagai pupuk. Suweg termasuk tanaman yang suka naungan sehingga penanaman sebaiknya dilakukan di bawah tegakan pohon seperti sawo ataupun nangka. Penggemburan tanah perlu dilakukan secara rutin untuk memudahkan umbi dalam melakukan pertumbuhan sehingga hasilnya dapat berukuran besar. Di beberapa daerah, tahun pertama umbi tidak dipanen tetapi hanya dibalik posisinya. Pada tahun kedua, barulah umbi suweg dipanen. Cara ini diyakini dapat meningkatkan ukuran umbi secara signifikan.
Saat pergantian msim hujan ke musim kemarau, daun tanaman suweg mulai menguning dan mongering. Jika tangkai daun sudah rebah, tanaman suweg hendakna dipanen sesegera mungkin. Jika umbi tidak segera dipanen, banyak masyarakat yang percaya bahwa suweg akan memberikan rasa gatal ketika dikonsumsi.
Pemanfaatan
Pada zaman penjajah jepang, banyak masyarakat yang disuruh menanam suweg dan hasilnya dibawa ke jepang. Di jepang suweg digunakan sebagai bahan pembuatan pelumas pesawat terrbang. Akan tetapi, dari studi literature yang ada, umbi tanaman suweg lebih banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan makanan daripada sebagai bahan pelumas pesawat terbang. Suweg merupakan bahan pangan yang mengandung glukomannan yang merupakan bahan baku pembuatan makanan jepang yang disebut konjaku.
Di beberapa wilayah di Indonesia, suweg merupakan makanan cadangan pertama setelah nasi. Hal ini karena ketika terjadi paceklik yang diakibatkan oleh lengkanya beras dan umbi umbi yang lain belum dapat dipanen, hanya tanaman suweg yang dapat dipanen pertama kali. Suweg juga dapat digunakan sebagai lauk dengan mencampurkannya dengan santan ataupun kerupuk.
Suweg menghasilkan tepung makanan yang bersifat khas yaitu dapat mengkristal membentk struktur serat yang halus, larut dalam air dingin, dan membentuk massa sangat kental (tepung Mannan). Tepung mannan dapat diunakan untuk menurunkan demam. Di Jepang, tepung mannan digunakan sebagai bahan baku pembuatan jelly konjaku dan dry siratake.
Persyaratan Tumbuh
Ketinggian tempat: 0-800 m dpl
Curah hujan: 1.000-1.500 mm/tahun
Bibit
Perbanyakan bibit dengan anak umbi atau mata tunas yang terdapat pada umbi. Perbanyakan dengan biji jarang dilakukan karena pada keadaan normal tanaman ini memerlukan waktu yang cukup lama, yaitu satu setengah tahun untuk bisa dipanen kambali. Berat umbi dapat mencapai 5 kg.
Pengolahan Tanah dan Penanaman
Tanah diolah agar gembur, lalu dibuat lubang tanam minimal 15 cm. Tanam anak umbi atau mata tunas pada umbi dengan jarak tanam 45-90 cm x 120 cm. Di India tanaman ini sering ditumpangsarikan dengan jahe, pisang, dan kacang tanah.
Pemupukan
Pemupukan diberikan dengan pupuk an-organik yaitu Pupuk NPK sebanyak 40 kg/ha, P2O5 sebanyak 40 kg/ha, dan K2O sebanyak 80 kg/ha.
Panen dan Pasca Panen
Umur panen 4-5 bulan jika bibit yang digunakan dari umbi anak, dan 9-10 bulan jika bibit yang digunakan berasal dari mata tunas umbi. Pemanenan dilakukan jika tangkai daunnya telah membusuk. Umbi ini dapat disimpan untuk beberapa bulan pada ruangan dengan suhu 10° C.
di tempatku bayak tumbuh suweg cuman gak ada pembelinya..tlg inpo pembeli suweg
BalasHapusBoleh minta no WA sauadara
Hapus