iklanet

AGEN PENDAFTARAN KULIAH S1 DAN S2 MUDAH DAN MURAH SERTA JASA PEMBUATAN SKRIPSI TESIS DAN LAPORAN PKL SISWA HUB SIMBAH WURI http://raraswurimiswandaru.blogspot.com

Rabu, 18 Februari 2015

Hasil Pelatihan Pengelolaan TBM

RINGKASAN
PELATIHAN PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM)



            Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat berdampak pada sikap masyarakat terhadap pentingnya pengetahuan dan pendidikan itu sendiri. Dampak yang serius dari sikap ini adalah rendahnya indeks pengembangan sumberdaya manusia (SDM). Rendahnya indeks ini disebabkan rendahnya tingkat pendidikan rata-rata masyarakat Cibinong. Salah satu desa yang ada di Cibinong adalah Desa Nangewer yang penduduknya masih banyak terdapat ibu-ibu/bapak-bapak yang buta huruf serta anak-anak usia sekolah yang tidak sekolah dikarenakan tidak punya biaya dan juga dikeluarkan dari sekolahnya karena bermasalah.
            Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat termasuk diantaranya adalah program pemberantasan Buta Aksara (atau sekarang disebut dengan Keaksaraan Fungsional) melalui kelompok belajar. Akan tetapi, tidak semua peserta yang mengikuti kegiatan di kelompok belajar tersebut melanjutkan ke program selanjutnya, yaitu lanjut ke program Paket A setara SD. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya adalah warga belajar merasa cukup setelah bisa membaca dan menulis. Padahal warga belajar harus terus meningkatkan kemampuannya tersebut dengan mempelajari pelajaran yang tingkatannya lebih sulit lagi. Selain itu keterbatasan sarana belajar yang tersedia di kelurahan, terbatasnya sumber daya manusia yang tersedia, terbatasnya dana pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di masyarakat atau factor keengganan masyarakat memperparah keadaan yang membuat masyarakat tetap buta huruf.
            Para peserta program pemberantasan Buta Aksara berpotensi akan menjadi buta Aksara kembali jika pengetahuan dan kemampuan membaca mereka tidak terus diasah dengan membaca dan belajar. Untuk itu salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Kelurahan ini. Taman Bacaan masyrakat adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai sarana pembelajaran untuk memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan.
Membaca merupakan kunci untuk menguasai ilmu pengetahuan, dengan membaca berarti proses belajar terus dilakukan.  Agar terwujud masyarakat yang gemar membaca tersebut maka sarana seperti taman bacaan masyarakat harus didirikan di seluruh pelosok tanah air, salah satunya di  Kelurahan Nangewer.
Oleh karena itu, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta, mengadakan sebuah kegiatan pelatihan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Kelurahan Nangewer Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor, dalam bentuk pemberian buku dan melatih pembuatan catalog, pembuatan buku induk dan peminjaman, pembuatan rak buku dan melatih membuat proposal untuk menambah pengadaan bahan IPTEK untuk di Taman Bacaan Masyarakat Nangewer.
Kegiatan ini menggunakan metode pelatihan dan tknik demonstrasi yaitu penjelasan yang diikuti dengan praktek langsung. Teknik ini menggunakan alat bantu berupa jenis-jenis buku, kartu catalog, kartu buku, kartu anggota dan kartu-kartu lain yang diperlukan dalam pengelolaan TBM serta contoh pembuatan proposal pengadaan bahan IPTEK untuk Taman Bacaan Masyarakat di Desa Nangewer. Teknik dan alat ini akan membantu untuk mempermudah memahami dan menguasai praktek penyelenggaraan taman bacaan masyarakat di Kelurahan Nangewer.
Adapun hasil dari kegiatan ini adalah untuk mengembangkan taman bacaan masyarakat di masa yang akan datang, menambah pengetahuan, dan keterampilan para pengurus taman bacaan masyarakat di dalam menyelenggarakan dan mengelola TBM serta dapat meningkatkan minat membaca warga masyarakat di Kelurahan Nangewer dan juga menambah koleksi buku yang dimiliki oleh TBM yang ada di kelurahan ini.
Kesimpulan kegiatan ini adalah kegiatan pelatihan yang diadakan sangat penting untuk para pengurus TBM yang ada di Kelurahan Nangewer di dalam mengelola dan mengembangkan TBM di masa yang akan datang agar TBM Nangewer dapat berkembang lebih baik lagi.




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Analisis Situasi
Meningkatkan kualitas masyarakat baik dari segi ekonomi, pendidikan dan kesehatan merupakan gagaran jurusan Pendidikan Luar Sekolah secara konseptor maupun praktik langsung. Dalam hal ini perlu adanya pengidentifikasian secara dini demi menemukan potensi yang dapat diangkat untuk meningkatkan kualitas masyarakat tersebut dan sudah barang tentu diperlukan lahan pengidentifikasian.
Lahan garapan kali ini adalah Keluruhan Nangewer Kecamatan Cibinong Kabupaten  Bogor. Pekerjaan rata-rata masyarakat Nangewer yaitu sebagai seorang petani dan juga buruh tani. Dari pekerjaannya tersebut mereka hanya bisa menghasilkan/mendapatkan upah yang setiap harinya tidak terlalu besar. Upah yang mereka dapatkan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Oleh sebab itu, di kelurahan ini banyak sekali ditemukan masyarakat yang tidak bisa membaca. Anak-anak mereka pun yang seharusnya sekolah, banyak sekali yang tidak bisa sekolah karena keterbatasan biaya yang mereka miliki. Akhirnya karena masih terdapatnya masyarakat  yang buta huruf, maka kelurahan ini akan sulit berkembang yang bisa bersaing dengan kelurahan lainnya yang sudah berkembang dan maju.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat termasuk diantaranya adalah program pemberantasan Buta Aksara (atau sekarang disebut dengan Keaksaraan Fungsional) melalui kelompok belajar. Akan tetapi, tidak semua peserta yang mengikuti kegiatan di kelompok belajar tersebut melanjutkan ke program selanjutnya, yaitu lanjut ke program Paket A setara SD. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya adalah warga belajar merasa cukup setelah bisa membaca dan menulis. Padahal warga belajar harus terus meningkatkan kemampuannya tersebut dengan mempelajari pelajaran yang tingkatannya lebih sulit lagi. Selain itu keterbatasan sarana belajar yang tersedia di kelurahan, terbatasnya sumber daya manusia yang tersedia, terbatasnya dana pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di masyarakat atau faktor keengganan masyarakat memperparah keadaan yang membuat masyarakat tetap buta huruf.
Para peserta program pemberantasan Buta Aksara berpotensi akan menjadi buta Aksara kembali jika pengetahuan dan kemampuan membaca mereka tidak terus diasah dengan membaca dan belajar. Untuk itu salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Kelurahan ini. Taman Bacaan masyrakat adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai sarana pembelajaran untuk memperoleh informasi.
Tercatat sekitar 5.000 taman bacaan masyarakat (TBM) di seluruh Indonesia berpotensi mengembangkan program literasi lokal dari komunitas local. Selama ini, sejumlah fasilitas membaca, seperti perpustakaan, terasa menakutkan karena terkesan hanya orang sekolahan yang masuk ke dalam. TBM bisa berada di garda depan pemberantasan buta aksara dan menumbuhkan minat baca karena mudah diakses masyarakat, tidak eksklusif, dan membumi. Pada TBM, warga setempat dapat mengakses berbagai referensi, sekaligus menjadi wadah bagi komunitas untuk beraktivitas sesuai karakter dan potensi daerah tersebut.
Melihat kenyataan yang ada akan pentingnya Taman Bacaan Masyarakat demi meningkatkan kualitas masyarakat dalam segi pendidikan maka perlu diadakan suatu kegiatan yang memberikan informasi secara utuh mengenai pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat yang baik demi terwujudnya TBM yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Oleh karena itu kami mempunyai sebuah gagasan untuk melakukan sebuah pelatihan kepada masyarakat khususnya kaum muda mengenai pengelolaan taman bacaan masyarakat yang baik.
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta selama beberapa tahun telah menjadikan beberapa desa/kelurahan yang sulit berkembang karena mempunyai banyak keterbatasan sebagai Lab Site dan lokasi pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL) bagi mahasiswanya. Melalui PPL, mahasiswa PLS dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dengan cara membelajarkan masyarakat tersebut. Mahasiswa kemudian membentuk berbagai macam kelompok belajar untuk kemudian melakukan suatu proses pembelajaran bagi masyarakat, khususnya mereka yang tidak dapat membaca/buta huruf.
Supaya masyarakat yang ikut dalam proses pembelajaran tersebut terus belajar membaca, maka keberadaan TBM sangat diperlukan sekali. Oleh karena itu, supaya dalam pengelolaan TBM tersebut dapat dikelola dengan baik, maka diperlukan suatu pelatihan dan juga pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menciptakan suatu TBM yang bagus. Mahasiswa PLS hanya mampu membantu masyarakat tersebut dengan cara mengadakan sebuah pelatihan, sedangkan dana untuk pengadaan sarana dan prasarana TBM mahasiswa PLS tidak memiliki kemampuan yang maksimal. Maka dari itu, untuk penyelengaaraan dan bimbingan diperlukan sejumlah dana dan upaya, salah satunya yaitu diperlukan suatu kegiatan kerjasama yang baik dari Jurusan PLS dan suatu lembaga yang dapat menjadi penyandang dana bagi kegiatan penataan TBM di Kelurahan Nangewer, yaitu dengan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta.
B.     Identifikasi dan Perumusan Masalah
Dari analisis situasi diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.      Bagaimana menumbuhkan minat baca masyarakat sehingga dapat terwujud masyarakat yang gemar membaca?
2.      Bagaimana menyediakan fasilitas/sarana dan prasarana taman bacaan masyarakat bagi masyarakat yang tidak menyediakan bahan bacaannya sendiri?
3.      Bagaimana menyelenggarakan suatu wadah tempat mambaca bagi masyarakat yang dapat diakses dan dikelola oleh masyarakat sekitarnya sendiri?
Dari hasil identifikasi masalah diatas, dapat dirumuskan perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana menyelenggarakan Taman Bacaan Masyarakat yang dapat terus memfasilitasi serta menumbuhkan minat baca masyarakat di Kelurahan Nangewer?
C.    Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi warga kelurahan Nangewer khususnya warga belajar keaksaraan agar terus dapat mengasah kemampuan membacanya dengan menyelenggaralan dan mengelola Taman Bacaan Masyarakat yang baik dan benar. Tujuan lainnya yaitu untuk membantu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah sehingga mereka mempunyai kompetensi yang dapat digunakan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan untuk diberdayakan.
D.    Manfaat Kegiatan
Kegiatan ini akan memberikan manfaat kepada masyarakat Kelurahan Nangewer dalam hal:
1.      Membentuk aspek sikap masyarakat terhadap pentingnya pendidikan;
2.      Memiliki pengetahuan tentang penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat;
3.      Mengurangi resiko aksarawan baru menjadi buta aksara kembali;
4.      Mewujudkan masyarakat yang gemar membaca dan belajar.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Apabila Negara Indonesia ingin menjadi Negara yang maju dan dapat bersaing dengan Negara-negara yang sudah maju seperti Singapura, Jepang, Amerika, dll. Maka Negara ini harus mempunyai masyarakat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sangat bagus dan berkualitas. Supaya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang bagus dan berkualitas, maka setiap warga Negara harus mendapatkan pendidikan yang layak. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat 1 dinyatakan “……bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”[1]. Bunyi undang-undang tersebut telah mengisyaratkan bahwa Negara sangat mendukung masyarakatnya dalam hal pendidikan, tinggal bagaimana para pemimpin Negara ini mendukung gerakan pendidikan yang ada.
Pasal 4 Undang-Undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pengetahuan dapat dimiliki dengan cara membaca[2]. Melalui kegiatan membaca maka masyarakat dapat belajar dan memperluas wawasan, memperoleh berbagai informasi yang bermanfaat, dan dapat menghibur diri. Salah satu cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan menggalakkan budaya membaca. Tujuan dari kegiatan ini adalah mewujudkan masyarakat gemar belajar (learning society), salah satu indikatornya terlihat dari masyarakat yang gemar membaca (reading society).
Salah satu intrumen untuk membangkitkan budaya gemar belajar melalui masyarakat gemar membaca adalah dengan tersedianya Taman Bacaan Masyarakat (TBM). TBM itu sendiri adalah suatu lembaga/tempat yang menyediakan bahan bacaan yang dibutuhkan oleh masyarakat, dan sebagai tempat penyelenggaraan program pembinaan kemampuan membaca dan belajar masyarakat[3]. Diselenggarakannya taman bacaan selain untuk mewujudkan masyarakat gemar membaca, juga dimaksudkan untuk mendukung pendidikan keaksaraan[4]. Keaksaraan menurut H.S Bhola dikatakan sebagai instrumental yang terkait dengan peradaban manusia berupa kemampuan baca-tulis sebagai induk bahasa yang digunakan oleh setiap bangsa di dunia. Kemampuan keaksaraan juga sangat berhubungan dengan pengembangan budaya, termasuk ikteraksi semua factor yang menunjang keaksaraan itu sendiri[5].
Para warga belajar yang telah menyelesaikan pendidikan di kelompok belajar keaksaraan (aksarawan baru) perlu dibina sehingga tidak menjadi buta aksara kembali akibat ketiadaan sarana pendukung pemelihara kemampuan membaca. Disamping itu dalam keaksaraan ada yang mempromosikan keaksaraan sebagai “keaksaraan kritis” yaitu masyarakat penyandang buta aksara disadarkan untuk mengerti dan memahami isu-isu yang sedang berkembang dalam lingkungannya dan memberdayakan mereka untuk dapat mewujudkan perubahan, serta membebaskan mereka dari penindasan baik karena factor ekonomi, social, budaya politik atau factor lainnya. Keaksaraan kritis bertujuan untuk membaca dunia disekelilingnya dan mengubahnya sesuai dengan cara pandang mereka dan masyarakat sekitarnya[6].
Program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) telah dimulai sejak tahun 1992/1993. Kehadiran TBM merupakan pembaharuan dari Taman Pustaka Rakyat (TPR) yang didirikan oleh Pendidikan Masyarakat pada tahun limapuluhan. Program TBM ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca dan budaya baca masyarakat. Oleh karena itu keberaadaan TBM sangat penting sebagai sarana belajar masyarakat. Untuk itu kemampuan, keterampilan dan kinerja pengelola harus ditingkatkan sehingga dapat mengelola TBM sebagaimana mestinya.
TBM adalah sebuah lembaga yang menyediakan bahan bacaan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sebagai tempat penyelengaraan pembinaan kemampuan membaca dan belajar, sekaligus sebagai tempat untuk mendapatkan informasi bagi masyarakat. Pengelola TBM adalah mereka yang memiliki dedikasi dan kemampuan teknis dalam mengelola dan melaksanakan layanan kepustakaan kepada masyarakat. Sedangkan bahan pustaka adalah semua jenis bahan bacaan dalam berbagai bentuk media.
Sejak tiga tahun terakhir, Depdiknas gencar mendorong tumbuhnya Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Ini merupakan salah satu kegiatan dari program peningkatan budaya baca dan pembinaan perpustakaan yang digalakkan oleh Direktorat Dikmas, Ditjen Pendidiikan Non Formal dan Informal sebelumnya Ditjen Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas. Dalam jangka panjang, PNFI ingin menciptakan masyarakat pembelajar melalui peningkatan budaya baca. Untuk mencapai keinginan tersebut, diperlukan adanya kesediaan masyarakat untuk membentuk taman bacaan. Dari sini pada akhirnya berkembang menjadi perpustakaan. Depdiknas berupaya menyiapkan bahan bacaan yang bisa diakses oleh masyarakat sesuai kebutuhan di daerah masing-masing.
Upaya mendorong terbentuknya TBM di masyarakat tampaknya sudah menunjukkan peningkatan. Tahun 1992 hanya ada sekitar 190 TBM di Indonesia. Tapi sejak tiga tahun terakhir, jumlah ini meningkat jauh lebih besar. Sekarang ada sekitar 5.400 TBM di Indonesia. Tahun 2009, direncanakan setiap kecamatan telah memiliki TBM. Bahkan desa-desa pun dibina agar memiliki taman bacaan.
Selain taman bacaan, saat bersamaan dikembangkan juga mobile TBM. Ini semacam perpustakaan keliling menggunakan kendaraan mobil yang dimodifikasi sebagai taman bacaan. Kendaraan ini ditempatkan di daerah-daerah yang membutuhkan, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk melayani masyarakat. Mobile TBM dioperasikan oleh SKB yang ada di daerah bekerja sama dengan Dinas Pendidikan setempat. Saat ini sudah ada 127 mobile TBM di 127 kabupaten. Tahun depan direncanakan 143 mobile TBM.
Tujuan dari didirikannya TBM atau TPR adalah sebagai berikut; 1. Membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang cerdas. 2. Menjadi sebab wadah kegiatan belajar masyarakat. 3. Sarana dalam mendukung pemberantasan buta aksara (PBA) termasuk meningkatkan kemampuan aksarawan baru agar tidak menjadi buta aksara kembali[7].
Fungsi dari Taman Bacaan Masyarakat adalah: 1. Sarana Pembelajaran bagi masyarakat. 2. Sarana hiburan (rekreasi) dan pemanfaatan waktu secara efektif dengan memanfaatkan bahan bacaan dan sumber informasi lain sehingga warga masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan informasi baru guna meningkatkan kehidupan mereka. 3. Sarana informasi berupa buku dan bahan bacaan lain yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan masyarakat setempat[8]. Dari fungsi ini dapat dilihat bahwa secara fisik maupun psikologis keberadaan TBM sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama oleh masyarakat yang tidak mampu menyediakan bahan bacaan sendiri.
Manfaat penyelenggaraan TBM bagi masyarakat adalah: 1. Menumbuhkan minat, kecintaan dan kegemaran membaca. 2. Memperkaya pengalaman bekajar dan pengetahuan bagia masyarakat. 3. Menumbuhkan kagiatan belajar mandiri. 4. Membantu pengembangan kecakapan membaca. 5. Menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 6. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat[9].
Untuk memelihara keberlangsungan penyelenggaraan TBM diperlukan berbagai alternatif dalam pengelolaannya, sehingga warga belajar dapat memanfaatkan TBM secara maksimal. Maka dari itu supaya warga belajar dapat memanfaatkan dan mengelola TBM secara maksimal perlu di lakukan sebuah pelatihan.
Pelatihan menurut Edwin B. Flippo yang dikutip oleh Malayu S.P. Hasibuan adalah suatu  usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian seorang tenaga kerja (karyawan) untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.[10] Sedang  menurut Andrew F Sikula yang dikutip oleh Malayu, pelatihan diartikan sebagai “proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, sehingga tenaga kerja belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan  tertentu.”[11]
Dengan demikian pelatihan lebih dimaksudkan  merupakan peningkatan ketrampilan seseorang untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan tertentu dengan waktu yang relatif singkat, terorganisir dan sistematis untuk merubah kemampuan seseorang. Diharapkan setelah para pengelola TBM mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa, para pengelola tersebut dapat mengelola TBM dengan baik dan benar. Sehingga nantinya tidak ada lagi masyarakat yang tidak bisa membaca, kerena sudah tercipta masyarakat yang gemar membaca dan belajar.



BAB III
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
A.    Kerangka Pemecahan Masalah
Melalui kegiatan program pengalaman lapangan mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Sekolah di Kecamatan Cibinong Khususnya di Kelurahan Nangewer akan dibentuk kelompok belajar keaksaraan bagi warga yang tidak bisa membaca/buta aksara. Pada kelompok-kelompok belajar yang dibentuk ini, nantinya akan dibimbing dan dibina untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung. Diharapkan melalui kagiatan ini masyarakat yang buta aksara dapat dikurangi jumlahnya. Dengan demikian, pengetahuan, keterampilan, dan wawasan berfikir masyarakat dapat ditingkatkan. Kelompok-kelompok aksarawan baru ini akan dapat terus meningkatkan kemampuannya dalam membaca dan meningkatkan pengetahuannya melalui bacaan-bacaan yang tersedia di Taman Bacaan Masyarakat. Untuk itu TBM harus menyediakan buku-buku bacaan yang dibutuhkan oleh masyarakat Nangewer.
TBM agar dapat terus berlangsung kedepannya, maka harus dikelola dengan baik, untuk itu perlu diadakan pelatihan pengelolaan TBM . kegiatan pelatihan penyelenggaraan dan pengelolaan TBM dapat dilakukan oleh Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta sebagai pihak yang menjadikan Nangewer sebagai lab site sarana pembelajaran dan praktek pengalaman lapangan bagi mahasiswanya. Dosen dan mahasiswa akan bekerjasama di dalam menyelenggarakan pelatihan ini, sehingga pengabdian kepada masyarakat pun dapat dilakukan.
B.     Realisasi Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah yang dapat diambil adalah dengan menyelenggarakan pelatihan penyelenggaraan dan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Kelurahan Nangewer Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, kepada para Pengurus TBM. Adapaun bentuknya adalah pemberian buku dan melatih pembuatan buku katalogm buku induk dan peminjaman, pembuatan rak buku dan melatih membuat proposal untuk pengadaan IPTEK untuk TBM Nangewer. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 bertempat di TBM Nangewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
C.    Khalayak Sasaran
Adapun khalayak sasaran dalam kegiatan pelatihan ini adalah para guru, pemuda/i, serta warga masyarakat yang termasuk aktif sebagai tutor dalam kegiatan pembelajaran keaksaraan. Melalui mereka, penyelenggaraan TBM diharapkan dapat dilakukan dan dapat melayani seluruh masyarakat. Terutama warga belajar keaksaraan. Pemilihan guru, pemuda, dan warga masyarakat yang aktif dalam kegiatan keaksaraan dianggap tepat sebab mereka dianggap merupakan orang-orang yang sudah memiliki pengetahuan dan kemampuan di dalam menyelenggarakan dan mengelola Taman Bacaan Masyarakat.
D.    Metode Kegiatan
Metode kegiatan yang digunakan dalam pelatihan ini adalah tknik demonstrasi yang diikuti dengan penjelasan dan praktek langsung. Teknik ini menggunakan alat bantu berupa jenis-jenis buku, kartu katalog, kartu buku, kartu anggota, dan kartu-kartu lain yang diperlukan dalam pengelolaan TBM, taknik dan alat ini akan membantu untuk mempermudah memahami dan menguasai materi yang dipraktekkan dalam penyelenggaraan TBM.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan Pelatihan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Kelurahan Nangewer Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang dilakukan pada bulan Agustus 2011 berjalan dengan sebagaimana yang diharapkan dan telah ditentukan oleh panitia pelaksana. Pada kegiatan  pelatihan ini dibuka oleh Anggota Pelaksana Drs. Urip Wahyudin, M. Si yang mewakili Daddy Darmawan yang berhalangan hadir.
Kegiatan pembelajaran dan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Kelurahan Nangewer yaitu dalam bentuk pemberian buku dan melatih peserta membuat kartu katalog, pembuatan buku induk dan peminjaman, pembuatan rak buku dan melatih membuat proposal untuk menambah pengadaan bahan IPTEK untuk di TBM. Dengan begitu, maka TBM dapat dijadikan tempat untuk kegiatan pembelajaran bagi masyarakat.
 Dalam kegiatan pelatihan ini dihadiri oleh peserta pelatihan yang cukup banyak. Dimana peserta yang datang yaitu berjumlah 41 orang, dengan rata peserta masih usia sekolah, yakni SMP, SMA, bahkan terdapat beberapa orang yang masih duduk disekolah dasar. banyaknya peserta pelatihan yang masih muda, diharapkan mereka nantinya dapat mengelola TBM dengan baik, dikarenakan mereka masih mempunyai semangat untuk belajar yang sangat tinggi.
Antusiasme yang tinggi diperlihatkan oleh para peserta pelatihan yang kebanyakan adalah anak-anak yang masih muda. Mereka memperhatikan dengan serius pada saat tutor menjelaskan mengenai pengelolaan TBM. Bahkan banyak diantara mereka yang terus bertanya kepada tutor yang menjelaskan materi, dikarenakan rasa ingin tahu mereka yang sangat tinggi. Tutor pun akhirnya menjadi sangat bersemangat menjelaskan dan menjawab pertanyaan dari para peserta, karena antusiasme yang tinggi diperlihatkan oleh para peserta pelatihan.
Hasil dari kegiatan ini selain memberikan pelatihan pengelolaan taman bacaan masyarakat kepada anak-anak yang masih muda, pada kegiatan ini juga dibuatkan sebuah tempat taman bacaan masyarakat yang baru. Di Kelurahan ini ternyata belum terdapat satu buahpun TBM yang berdiri. Sehingga TBM yang baru dibuat ini menjadi TBM perintis bagi munculnya TBM-TBM yang lain yang bermunculan di Kelurahan Nangewer.
TBM sederhana yang dibuat oleh tim pelaksana ini berisi berbagai macam buku-buku bacaan. Diantaranya ada, komik, resep masakan, buku cerita, buku pelajaran, dll. Banyaknya jenis buku yang yang disimpan di TBM ini diharapkan dapat menarik minat dari para warga sekitar TBM untuk mau membaca. Apabila sudah banyak warga masyarakat yang mau untuk membaca di TBM ini, maka akan tercipta suatu masyarakat yang gemar/hobi membaca.
Pada akhir kegiatan pelatihan, diadakan evaluasi kepada para peserta pelatihan dengan menyampaikan pertanyaan apakah materi dan praktek yang diberikan oleh tim pelaksana dapat dipahami sepenuhnya. Semua peserta pelatihan TBM menganggap kegiatan seperti ini sangat diperlukan karena supaya terwujud suatu masyarakat yang gemar membaca. Peserta pelatihan juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada tim dan jurusan PLS, dengan diadakannya kegiatan semacam ini, maka terwujud suatu kegiatan pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi pengurus TBM maupun masyarakat. Tidak lupa mereka berharap supaya kegiatan pelatihan seperti ini rutin diadakan supaya lebih banyak lagi TBM yang bermunculan di Kelurahan Nangewer.




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari terlaksananya kegiatan pelatihan penyelenggaraan dan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Kelurahan Nangewer Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor adalah:
1.      Dimilikinya pengetahuan tentang cara penyelenggaraan dan pengelolaan TBM oleh para pengurus yang kebanyakan adalah para generasi muda.
2.      Dimilikinya keterampilan baru oleh pengurus TBM untuk membuat dan merancang sebuah proposal untuk pengadaan bahan IPTEK untuk TBM di Kelurahan Nangewer.
3.      Menambah koleksi buku di TBM Nangewer.

B.     Saran
Saran yang diajukan dari hasil kegiatan pelatihan penyelenggaraan dan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat DI Kelurahan Nangewer  Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor ini adalah: Pelatihan Pengelolaan TBM dalam bentuk pemberian buku dan melatih pembuatan kartu katalogm pembuatan buku induk dan peminjaman, pembuatan rak buku dan melatih membuat proposal pengadaan bahan IPTEK untuk TBM di Kelurahan Nangewer mendapatkan tindak lanjut dari pihak UNJ, Dinas Pendidikan dalam bentuk dana pengembangan dan pembinaan guna untuk perjalanan TBM di masa mendatang.
Selain itu, kepada pihak Kelurahan agar terus menggalakkan gemar membaca kepada masyarakat Kelurahan Nangewer yang mayoritas belum bisa membaca. Cara yang bisa dilakukan yaitu, pertama pihak kelurahan dapat memasang Spanduk/Pamplet di tempat-tempat yang strategis, sehingga warga dapat melihat apa yang sedang digalakkan oleh pihak kelurahan. Kedua, pihak kelurahan bisa menyuruh ketua RW/RT untuk datang ketiap rumah warganya untuk terus menyuarakan gemar membaca di Kelurahan Nangewer. Ketiga, pihak kelurahan bisa membuat waktu seminggu sekali untuk berkumpul di tempat Taman Bacaan Masyarakat yang ada di Kelurahan bersama-sama masyarakat. Supaya masyarakat mau ikut membaca buku-buku yang ada di TBM tersebut.



DAFTAR PUSTAKA
Bhola, H.S.A (1994). Sources Book For Literacy Work. Perpectives From The Grass Roots. Jessisa Kingsley Publisher/UNESCO Publishing, London.
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang No. 2/1989, Pasal 4. Sistem Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Naskah Akademik Pengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu.
Departemen Pendidikan Nasional. Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat. Jakarta: Depdiknas, 20005.
Guahira. or. id. Minat Baca di Indonesia Buruk. 21 Oktober 2007.
Hakim, Heri Abi Burachman. 2009. Perpustakaan Sekolah Sarana Peningkatan Minat Baca.www.heri_abi.staff.ugm.ac.id.
Hasibuan. S.P. MalayuManagement Sumber Daya ManusiaJakarta: Bumi Aksara, 1996.
Kusnadi, dkk. Pendidikan Keaksaraaan, Filosofi, Strategi, Implementasi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005.
Lilawati. 1988. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua, Stimulasi Membaca dari Orang Tua dan Inteligensi dengan Minat Membaca pada Anak Kelas V Sekolah Dasar. Skripsi. Fakultas Psikologi UniversitasGadjah Mada, Yogyakarta.
Mulyani, A.N. 1981. Pembinaan Minat Baca dan Promosi Perpustakaan. Berita Perpustakaan Sekolah, I, 24 – 29.
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Nonformal, Jakarta.
Sumadi. 1987. Hubungan Minat Baca dan Bakat Bahasa dengan Prestasi Membaca Pemahaman Siswa SMA Kodya Malang. Thesis. S2 PPs IKIP Malang, Malang.
Suryabrata, Sumadi. 1989. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Andi Offset, Yogyakarta.
Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 31 Ayat 1.

[1] Undang-Undang Dasar RI, Pasal 31 Ayat 1
[2] Undang-Undang No. 2/1989, Pasal 4, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Depatemen Pendidikan Nasional
[3] Kusnadi, dkk. Pendidikan Keaksaraan, Filosofi, Stategi, Implementasi, Depatemen Pendidikan Nasional, Jakarta: 2005, hal. 41.
[4] Pedoman Penyusunan dan Penilaiaan Proposal Subsidi Taman Bacaan Masyarakat, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: 2005, hal. 1.
[5] Bhola, H.S.A. Sources Book For Literacy Work. Perspectives From The Grass Roots. Jessisa Kingsley Publisher/UNESCO Publishing, London:1994. Hal. 21
[6] Idem, hal. 33
[7] Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: 2005. Hal. 1.
[8] Idem, hal. 2
[9] Idem, hal. 2
[10] Hasibuan. S.P. Malayu, Management Sumber Daya Manusia, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hlm. 70.
[11]  Ibid. Hal 70.

0 komentar:

Posting Komentar